Indonesia dan Prancis Lakukan Kerja Sama Penelitian di Tujuh Bidang

Indonesia dan Prancis Lakukan Kerja Sama Penelitian di Tujuh Bidang

Yulida Medistiara - detikNews
Rabu, 03 Feb 2016 00:37 WIB
Foto: Yulida Medistiara/detikcom
Jakarta - Indonesia dan Prancis melakukan kerja sama untuk melakukan penelitian yang termasuk dalam Program Nusantara dalam tujuh bidang yang diprioritaskan untuk program pembangunan ekonomi. Indonesia diwakili Menristekdikti dan Dubes Prancis untuk Indonesia Corinne Breuze untuk menandatangani MOU.

Tujuh bidang yang diprioritaskan antara lain bidang pangan dan pertanianΒ terutama pada teknologi pangan. Di bidang kesehatan dan obat obatan, informasi teknologi komunikasi, teknologi transportasi, nano teknologi, bidang teknologi pertahanan, dan masuk dalam bidang energi kemaritiman.

"Dalam bidang energi, Pak Presiden selalu menambahkan khususnya di bidang maritim inilah yang menjadi penting khususnya Program Nusantara ini antara Indonesia dan Perancis bisa kita realisasikan," kata Menristekdikti M Nasir di kantornya, Gedung BPPT, Jl MH Thamrin, Jakarta Selatan, Selasa (2/2/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Program ini akan dilakukan sekitar 2 hingga 3 tahun karena Menristekdikti ingin peneliti atau akademisi dari Prancis dapat membimbing mahasiswa Indonesia yang mengambil program doktor. Akan ada 10 hingga 15 peneliti dari Indonesia dan Prancis yang saling bertukar ilmu di ketujuh bidang tersebut, tetapi para peneliti dari luar negeri harus tercatat.

Perwakilan Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia dan Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti saling menandatangani Deklarasi Bersama Program Nusantara untuk mengembangkan dan mendalami kerja sama riset ilmiah di antara teknologi kedua negara.

"Tujuannya bagi saya harus tercatat, agar kita mengetahui apa yang dilakukan penelitian, apa yang dilakukan dalam riset itu sejauh mana mereka melakukan riset karena riset itu akan menyangkut rencana strategi pembangunan nasional, akan menyangkut masalah inteligen nasional, ini penting sekali jangan sampai berjalan begitu saja, harus lapor. Kami akan mengusulkan untuk para peneliti yang tidak punya izin untuk dideportasi," imbuh Menristekdikti.

Program ini telah dibuka di Prancis sejak tanggal 1 Februari hingga 29 Februari dalam website campusfrance.org/nusantara, ada persyaratannya dan kualifikasi untuk mengikuti penelitian ini. Sementara di Indonesia akan segera diumumkan di website Kemenristekdikti.

Sementara itu Dubes Prancis untuk Indonesia Corinne Breuze menyampaikan terimakasih karena menjadikan bidang prioritas seperti bidang maritim, infrastruktur, transportasi di Indonesia."Perancis terimakasih dari 1-2 tahun untuk sharing. Suatu kerja sama harus terjadi dua arah sehingga baik, pertukaran antara peneliti ini adalah hal yang esensial untuk perkembangan ekonomi sendiri," ungkap Corinne.

Perancis telah memberikan 3,5% dari APBN-nya untuk riset karena menjadi suatu hal yang penting untuk bekerjasama dengan negara lain. Sementara anggaran Indonesia untuk melakukan riset masih sangat minim.

"Kalau kami ini ada alokasi masih tersebar, dari total kita masih di bawah 5% tapi masih ada 1% APBN pun belum ada. Tetapi hal ini kami kan mencari dari BUMN untuk membatu hal ini. Dorongan ke depan harus dilakukan," tutup Nasir. (bag/bag)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads