"Nah saya mau ubah Pergub, bila perlu orang yang tak lulus SMA-pun, SMP, kalau karakternya baik, walaupun hanya lulus SD, itu boleh diterima (jadi PNS)," kata Ahok dalam pidato apel penerimaan Petugas Teknis Pengawas dan Pengendalian Lalu Lintas dari Kementerian Perhubungan di halaman Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (1/2/2016).
Para petugas itu berstatus Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), mereka mengikuti apel di halaman Balai Kota untuk selanjutnya dipekerjakan sebagai petugas di lingkup Pemprov DKI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahok menyatakan, kepintaran seseorang tak lebih penting daripada keberanian untuk bersikap jujur. Soalnya, banyak orang pandai yang justru bersifat manipulatif dalam mengkorupsi anggaran, menerima suap, dan melakukan tindakan tak terpuji.
"Jadi Jakarta bicara otot (keberanian) dan nurani. Bukan otak saja. Terlalu pintar malahan pusing saya, pintar mengakali, ngeles terus, ngeles terus, ini Jakarta tidak butuh," kata Ahok.
Dia menjelaskan penyakit oknum PNS di DKI adalah bermain 'mark up' anggaran. Nilainya bisa sampai 100 persen hingga 200 persen. Ini tentu menjadi persoalan serius terkait mentalitas birokrat.
"Makanya saya jelaskan kepada saudara kalau mungkin nanti dibutuhkan ada pembukaan PNS, mungkin salah satu dari saudara akan dihitung poinnya. Saya sudah siapkan sekarang bagaimana, enggak perlu orang terlalu pintar," ujarnya.
(dnu/jor)











































