Gema Mengajar Sony Sugema, Berawal dari Dipati Ukur Hingga Indonesia

Gema Mengajar Sony Sugema, Berawal dari Dipati Ukur Hingga Indonesia

Rachmadin Ismail - detikNews
Senin, 01 Feb 2016 11:26 WIB
Foto: dok pribadi
Bandung - Sony Sugema mengawali lembaga bimbingan belajarnya hanya dari satu tempat di Jalan Dipati Ukur, Bandung, Jawa Barat. Tak disangka, konsep pengajarannya kini terus berkembang, bahkan di sejumlah tempat di Indonesia.

Corporate Secretary Sony Sugema College Yandi Wahyu Rustandi tahu betul kisah hidup Sony. Dulu, pada tahun 1990, Sony Sugema College pertama berdiri. Bermodal uang Rp 1,5 juta dan dua karyawan, Sony membuka satu kelas di Dipati Ukur. Dia menjadi pengajar tunggal yang memberi materi eksakta.

"Dulu muridnya masih sedikit dan Pak Sony mengajar sendiri bersama dua karyawan," kata Yandi saat berbincang dengan detikcom, Senin (1/2/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seiring waktu, jumlah muridnya semakin bertambah. Jumlah pengajar pun harus diperbanyak. Sony akhirnya memindahkan lokasi bimbel ke daerah Sumur Bandung. Kala itu, SSC adalah pendatang baru. Sudah ada lembaga bimbel lain yang eksis di kalangan pelajar.

Yang paling menarik dari konsep pengajaran SSC adalah memberi jaminan uang kembali bagi para siswa yang tidak lulus ujian. Ini yang membuat SSC begitu dikenal. "Untungnya lulus semua, jadi tidak ada yang dikembalikan," kenang Yandi.

Sukses di Sumur Bandung, tempat bimbel SSC akhirnya terus berkembang. Dengan prinsip baru learning evolution, lembaga bimbel ini meninggalkan konsep fastest revolution yang serba instan. Mereka memilih kedalaman materi dalam metoda pengajaran dibandingkan kecepatan pemahaman.

"Setelah itu semakin banyak cabang lagi. Kita buka SSC di Jakarta, Garut, terus sampai sekarang ada 40 cabang di seluruh Indonesia. Termasuk Aceh sampai Denpasar paling jauh," terang Yandi.

Ada pesan Sony yang selalu diingat oleh Yandi, yaitu dalam berusaha, tidak boleh menghalalkan segala cara. Para karyawan dididik untuk selalu bekerja sesuai jalurnya. Tidak boleh ada yang berhasil dengan cara yang tidak benar.

"Beliau juga selalu mengajarkan kedisiplinan. On time sekali kalau rapat. Sekali memberi instruksi, selalu diingatkan berulang-ulang, agar kita tidak lupa," tegasnya.

Sony Sugema wafat di usia 51 tahun. Dia menghembuskan nafas terakhir Minggu (31/1) kemarin saat menjalankan salat tahajud di RS Santosa Bandung. Sony sudah menjalani perawatan penyakit jantung di rumah sakit tersebut.

Sony Sugema lahir pada 7 Februari 1965, hampir 51 tahun lalu. Dia sempat mengenyam pendidikan di SMAN 3 Bandung, lalu melanjutkan ke Teknik Sipil ITB. Mengajar les privat sudah dilakukan sejak SMA dan kuliah. Kini, Sony diakui sebagai Alumni ITB Berprestasi tahun 2002 dalam bidang industri. Sony juga pernah memperoleh penghargaan Citra Top Executive Indonesia tahun 1997 dan 50 Enterprise Semangat Wirausaha Indonesia dari majalah SWA dan Accenture (mad/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads