Hal itu diungkapkan koordinator eks Gafatar wilayah Medan, M Sofyan. Namun ia menegaskan keinginan menjadikan negara swasembada panganΒ tidak dengan kegiatan Gafatar yang sudah dibubarkan.
"Kita jauh-jauh sudah tinggalkan yang namanya eks Gafatar, kan sudah bubar bulan Agustus lalu, ini sudah pribadi. Kita memang ingin mengembalikan bangsa ini swasembada pangan. Ingin menjadikan negara ini yang berdaulat dalam ketahanan pangan," kata Sofyan di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Rabu (27/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara umum kami tidak ingin keluar dari sana, banyak masyarakat yang ingin kami kembali," tandasnya.
Sementara itu salah satu eks Gafatar dari Medan, Budianto mengatakan dirinya tahu Maul Mufis Tumanurung sebagai pemimpin Gafatar, namun kini ia mengaku sudah tidak lagi bergabung dengan Gafatar yang sudah dibubarkan. Saat ini ia serius bercocok tanam bahkan menjalani ibadah dengan wajar.
"Saya tahu (Maul Mufis), dia pemimpin Gafatar kan? Dulu ikut tapi sekarang sudah dibubarkan. Saya itu cuma ingin betani," ujar Budianto.
Hal senada diungkapkan Yusuf asal Medan. Ia rela menjual rumah di Medan untuk modal di Kalbar. Namun ia menyayangkan saat akan panen dirinya justru diminta ke Semarang dan nantinya akan diberi pembinaan di asrama Haji Donohudan Boyolali.
"Saya sekarang tidak tahu mau ngapain. udah tidak punya apa-apa," kata Budianto.
Diketahui 1.281 pengungsi eks gafatar itu tiba di tanjung Emas sekira pukul 18.30. Dari data manifest keberangkatan tercatat orang dewasa 860 jiwa, anak-anak 329 jiwa, bayi 92 jiwa, sepeda 19 unit, motor 39 unit, dan mobil 5 unit. Domisili asli para eks Gafatar antara lain dari Jateng, DIY, Jatim, bahkan Kalimantan.
(alg/Hbb)