Untuk menggunakan kursi roda ini penggunanya harus menggunakan penutup kepala berbentuk kupluk yang telah dipasangi alat sensor otak yang akan terhubung ke micro controller.
![]() |
"Ada 32 titik di otak yang akan komunikasi mengirim sinyal. Kita tidak tau di daerah mana sinyal yang akan ditangkap dan berubah jadi gerakan," tutur Dr Arjon Turnip, peneliti bidang instrumentasi (teknologi EEG) dari UPT Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI di Bandung, Rabu (27/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kadang sinyal ada noise karena otak manusia kan bisa berubah dengan cepat. Konsentrasinya tidak konsisten," tuturnya.
Untuk pengaman, di kursi roda juga sensor supaya tidak menabrak dalam jarak tertentu.
"Untuk menjaga saat pengguna kursi roda tersebut tidak konsentrasi," jelas Arjon.
![]() |
Beberapa wartawan pun mencoba kursi roda tersebut dan merasakan bagaimana sensasi menggerakkan kursi roda hanya dengan memerintahkannya di otak. Namun sensor yang dipasang di kursi roda tersebut masih belum bisa menangkap objek di kemiringan tertentu sehingga beberapa kali menabrak.
"Masih perlu pengembangan dan perbaikan seperti sensor dan motor roda supaya bisa berbelok lebih akurasi," tuturnya. (tya/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini