Tawan menuai banyak komentar baik itu positif maupun negatif. Terkait hal tersebut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa karya Tawan tersebut perlu pembuktian secara keilmuan.
"Kami di LIPI tentu saja menghargai inovasi, namun inovasi dari Tawan itu perlu pembuktian, terutama letak elektroda dan cara pengolahan sinyal. Kami belum bisa menilai kebenaran inovasi dari Tawan," ujar Dr Arjon Turnip, peneliti bidang instrumentasi (teknologi EEG) dari UPT Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI di Bandung, Rabu (27/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena pikiran manusia itu bisa dengan mudah berubah dengan adanya sedikit stimulus. Sinyal yang terhubung setiap saat akan connect. Kombinasi melihat dan konsentrasi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Gerakan robot dengan teknologi EEG ini perlu melibatkan berbagai bagian otak," jelasnya.
Untuk pengolahan sinyal dari otak, Arjon menggambarkan ibarat jarum di tumpukan jerami yang sulit ditangkap. Untuk mengubah dari sinyal menjadi sebuah gerakan dibutuhkan software untuk memprosesnya.
"Tidak akan bisa kalau tanpa software," Arjon.
LIPI yang juga mengembangkan brain signal (EEG) dalam bentuk kursi roda elektrik berbasis sinyal otak telah melakukan riset selama 3 tahun dan masih memerlukan penyempurnaan. (tya/trw)