Kisah Pasutri Asal Semarang Rela Tinggalkan Pekerjaan dan Keluarga Demi Gafatar

Kisah Pasutri Asal Semarang Rela Tinggalkan Pekerjaan dan Keluarga Demi Gafatar

Angling Adhitya Purbaya - detikNews
Selasa, 26 Jan 2016 19:55 WIB
Foto: Ilustrasi oleh Mindra Purnomo
Semarang - Partini melapor ke Polrestabes Semarang, Jateng, terkait hilangnya Inka Pratiwiย yang sudah 2 tahun berada di Kalimantan. Putri kedua Partiniย itu mengaku bergabung dengan kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) meski pamit dengan alasan bekerja menyusul suami di Kalimantan.

Partini menceritakan, Tiwi menyusul Adiv Nugroho, suaminya yang lebih dulu pergi ke Kalimantan dalam kondisi mengandung.

"Saya yang mengantar ke Bandara waktu itu. Dia sendirian, suaminya sudah lebih dulu," kata Partini kepada detikcom di Mapolrestabes Semarang, Selasa (26/1/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tiwi dan suaminya sudah bergabung dengan Gafatar cukup lama. Banyak buku-buku tentang Gafatar di rumahnya. Pihak keluarga tidak curiga karena menurut pengakuan mereka Gafatar adalah organisasi di bidang sosial.

"Dia itu pintar anaknya, waktu itu bilangnya ke Banjarmasin bukan Mempawah," kata warga Lamper Lor Semarang itu.

Namun Tiwi tak memberi kabar saat berada di Kalimantan. Pekerjaan di sebuah dealer mobil juga ditinggalkan Tiwi begitu saja.

Pernah sekali Tiwi bisa dihubungi bahkan mengirim gambar anaknya yang sudah lahir. Namun setelahnya tidak ada komunikasi lagi. Bahkan keluarga mendengar kabar Tiwi sudah berganti nama menjadi Sofia Latifa, sedangkan Adiv dikabarkan merupakan ketua Gafatar Jawa Tengah.

"Baru tahu Gafatar seperti itu setelah ada ramai-ramai dokter Rica yang hilang," tegasnya.

Harsono menunjukkan foto Adiv, Selasa (26/1/2016)


Sementara itu ayah Adiv, Harsono mengatakan sempat menegur anaknya agar tidak ikut organisasi seperti Gafatar. Harsono sempat mendatangi kantor Gafatar di daerah Lamper untuk memastikan seluk beluk Gafatar.

"Pas saya ke kantor Gafatar ketemu ketuanya, masih muda, saya lupa namanya tapi dia dari Yogyakarta. Katanya organisasi di bidang sosial, sumber dananya dari anggota," ujar Harsono.

"Saya sudah sempat peringatkan agar tidak ikut-ikutan, jawabannya katanya dia sudah berpikir ke depan," imbuhnya.

Harsono kala itu semakin khawatir karena banyak teman-teman anaknya yang datang bertamu sampai malam. Keanehan lainnya, anaknya disebut Harsono kerap meninggalkan salat. Pernah pula Harsono melihat putranya salat menghadap ke timur dan selatan.

"Perubahan pada ibadahnya itu ya Shalat tidak menghadap ke Kiblat. Katanya Tuhan ada di mana-mana," pungkasnya.

Harsono menyesalkan kepergian anaknya ke Kalimantan karena lulusan Teknik Kimia Undip itu sudah memiliki usaha makanan ringan yang cukup sukses.

"Aslinya dia wiraswasta, sudah lumayan sukses bikin keripik-keripik di stok ke supermarket. Dia sering beri penyuluhan ke pengusaha juga. Ya itu semua ditinggal sekarang," kata warga Rejosari Gumuk Gang, Rejosari, Semarang Timurย ini.

Saat ini Partini dan Harsono masih berharap anaknya kembali. Keduanya juga sempat datang ke Pelabuhan Tanjung Emas Semarang hari Senin (25/1) kemarin ketika 359 eks gafatar tiba diangkut KRI Teluk Gilimanuk. Namun mereka tidak menemukan nama Adiv dan Tiwi di data manifes.

"Besok Rabu (27/1) katanya ada yang datang lagi, mau ngecek kesana lagi semoga ada," ujar Partini berharap. (alg/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads