Eks Ketum Gafatar Beberkan Alasan Pilih Kalimantan Jadi Lokasi Kamp dan Bicara Keyakinan

Eks Ketum Gafatar Beberkan Alasan Pilih Kalimantan Jadi Lokasi Kamp dan Bicara Keyakinan

Rina Atriana - detikNews
Selasa, 26 Jan 2016 16:29 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Eks Ketum Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Mahful M Tumanurung bicara panjang lebar mengenai kelompoknya. Ribuan pengikut Gafatar dievakuasi dari Kalimantan Barat. Mahful menyesalkan hal tersebut.

Mahful kemudian bertutur mengenai sejarah anggota eks Gafatar yang eksodus ke Kalimantan. Menurut dia, pada 2011 dia terpilih menjadi ketua umum Gafatar. Hingga pada Agustus 2015, organisasi Gafatar dibubarkan. Salah satu alasannya karena ada tudingan ke Gafatar terkait keyakinan.

"Kami mengambil sikap untuk tidak lagi bergerak dalam organisasi kemasyarakatan. Satu program yang terus kami perjuangkan, program kedaulatan pangan. Kami sepakat dalam kongres luar biasa itu untuk fokus berjuang membangun bangsa ini lewat kedaulatan pangan. Ini jadi kesepakatan meskipun tidak mengikat dan memaksa," terang Mahful dalam jumpa pers YLBHI, Jakarta, Selasa (26/1/2016)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kenapa kalimantan, karena kami ingin Kalimantan menjadi pilot project, karena memiliki lokasi yang sangat subur, sangat luas dan strategis dan dari segi apapun. Sangat terjangkau oleh kocek kami, kami sepakat untuk melanjutkan program pangan," tambah dia.

Menurut Mahful yang didampingi rekan-rekannya dan juga perwakilan YLBHI, mereka berniat membangun kedaulatan pangan dengan bertani.

"Kami bergerak secara mandiri secara pribadi. Kami punya koin nusantara. Kami bantu secara mandiri. Kenapa kami dihalangi? Kami ingin memnbantu pemerintah. Apakah kami pindah ke Kalimantan melanggar hukum? Kan tidak," jelas dia.

Mahful kemudian menyesalkan fatwa yang dikeluarkan MUI. Eks Gafatar tidak berdakwah tetapi membina anggotanya untuk bertani.

"Apapun agama dan kepercayaan Anda, mari kira berlomba-lomba. Jangan saling menjegal, saling menyesatkan. MUI hanya sebuah organisasi juga kok. Kami ormas, sesama Ormas, tidak pantas untuk sesat menyesatkan. Fatwa ini sedikit banyak memprovokasi tidak memberikan edukasi kepada masyarakat. Kami membina kami dipersalahkan. Mereka tidak membina umat," terang dia.

"Kami ingin mengatakan bahwa kami tidak memiliki pemahaman yang sama dengan dan kami bukan bagian dari mereka. Sehingga tidak pantas mereka mengeluarkan fatwa kepada kami. Kami bukan bagian dari mereka," tambah dia.

Menurutnya, mereka percaya pada Millah Abraham dengan menjadikan Ahmad Musadeq sebagai guru spiritual.

"Kami adalah orang yang tetap iman kepada semua kitab-kitab Tuhan semesta alam, kami yakin dan iman kepada semua rasul Tuhan, itu saja. Itu adalah oengejewantahan dari kebenaran universal dan diajarkan oleh Tuhan yang satu. Kami tidak sama sekali menggabungkan agama. Saya bilang tadi akar teologinya sama, yang mengabdi pada Tuhan yang sama," tutup dia. (rna/dra)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads