Saat tiba di terminal penumpang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Ganjar langsung bertanya kepada seorang ibu bernama Rina (41) yang sedang bersama tiga anaknya. Kepada Ganjar, Rina mengaku suaminya sampai menjual rumah di Bantul untuk modal berangkat ke Kalimantan.
"Rumah dijual Rp 200 juta , buat beli lahan sama kontrak. Baru satu bulan di sana, diajak suami," kata Rina saat ditanya Ganjar. Senin (25/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau pinginnya sih hidup tenang," ujarnya.
![]() |
Ganjar kemudian berbincang dengan pengungsi lain, kali ini dengan remaja lulusan SMA bernama Udji Ardianto (18). Ia mengaku hanya ikut ayahnya untuk menggarap lahan seluas 4,2 hektar atas nama Rauf. Ia tinggal selama 4 bulan di Kalimantan untuk bercocok tanam.
"Menggarap lahan di sana, punya pak Rauf, hasilnya untuk sama-sama," tandas Udji.
Selain tujuan di Kalimantan, Gubernur Ganjar juga sempat menanyakan soal ibadah yang dilakukan. Mayoritas mengaku beragama Islam namun tidak menjalankan salat, bahkan Udji juga mengatakan tidak ada yang salat di sana.
"Ya, tidak ada yang salat. Sebelumnya salat," ujar Udji.
![]() |
Saat ditanya terpisah, Udji mengaku ikut ayahnya ke Kalimantan yang memang dulu pernah bergabung dengan Gafatar sebelum dibubarkan tahun 2014. Kemudian tahun 2015 lalu ayah Udji, Subur menerima tawaran bertani di Mempawah, mereka pun menjual rumah di Jakarta untuk modal.
"Jual rumah di Jakarta untuk bertani di sana (Kalimantan). Di sana diberi fasilitas 2 kontrakan, sudah sempat panen jagung, padi juga mulai mengembang. Saya ikut ayah saya, ayah yang dulu ikut Gafatar," ujarnya.
Udji menyayangkan pemulangan yang dilakukan karena menurutnya mereka hanya bertani dan tidak melakukan hal mengganggu atau ibadah yang meresahkan. Lagipula menurutnya Gafatar yangย diributkan sudah bubar 2014 lalu.
"Salah apa, sih? Cuma ingin bertani kok diusir," tegasnya. Beberapa orang yang ditanya Ganjar memberi jawaban yang tidak jauh berbeda. Mereka memang ada yang tidak tahu tentang Gafatar dan hanya berniat bertani. ย
(alg/trw)