Itu kondisi di batu akik, tapi tidak dengan para pecinta burung, atau yang lazim disebut kicau mania. Bertahun-tahun, para pecinta burung tak ada matinya.
![]() |
Seperti siang jelang sore di kawasan Banjaran, Depok. Ada ratusan pecinta burung berkumpul di sebuah lokasi yang kerap juga dipanggil sebagai gantangan.
"Ini biasanya kalau nggak hujan bisa lebih ramai," jelas Joni, pengelola gantangan yang ditemui, Minggu (24/1).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada beberapa kategori jenis burung yang diadu. Ada jenis Pleci, lovebird, cucak ijo, murai, dan yang lainnya. Yang terbanyak peserta lombanya di kelas Pleci dan lovebird.
"Lomba di sini setiap Kamis dan Minggu. Yang ramai hari Minggu bisa sampai 600 peserta," urai Joni. Tak lama Joni pamit karena mesti mengatur penjurian karena lomba kicau segera dimulai.
![]() |
Lomba di Depok sudah digelar selama 1 tahun, peserta terus bertambah tak ada surut. Setiap peserta saat lomba dimintakan uang pendaftaran yang nilainya di bawah Rp 100 ribu. Dan nanti untuk pemenang, akan mendapat hadiah hingga Rp 800 ribu.
Kicau mania ini memang memiliki sejarah yang panjang. Di Depok ini lomba kicau diikuti kelas menengah ke bawah. Ada lagi lomba serupa di tempat lainnya yang lebih mahal, hadiahnya mencapai ratusan juta rupiah. Burung yang dilombakan juga burung mahal semua. Seorang pemenang akan mendapatkan prestise dan harga burung yang melambung. (dra/dra)













































