Salah satu pengungsi, Astari mengaku baru tiga bulan di Mempawah bersama anak dan suaminya. Warga asal Desa Kagungan, Wonosobo itu sudah izin baik-baik dengan keluarga untuk bertani di Kalimantan.
"Di sana itu ya cuma bertani. Tanam padi dan sayuran. Ini sudah waktunya panen tapi malah pulang," kata Astari di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Senin (25/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengungsi lainnya, Ancep, warga Yogyakarta menjual motornya untuk berangkat ke Kalimantan sebulan lalu. Dia merasa gajinya sebagai cleaning service tidak mencukupi, oleh sebab itu ia memilih berangkat bersama anak dan istrinya ke Kalimantan.
"Cuma program pertanian, kami tidak melakukan kegiatan aneh di sana," pungkas Ancep.
Sementara itu Hustari, salah satu warga Yogyakarta yang ikut ke Kalimantan mengaku bukan diming-imingi soal kepercayaan, namun pengolahan lahan di Kalimantan. Ia berangkat dua bulan lalu setelah ditawari seseorang dari Jakarta.
"Ditawari menggarap tanah, nanti bayar sewa, kalau sudah nanti bisa dibeli lahannya. Tidak ada soal itu (Gafatar). Saya jual motor sama rumah," pungkas pria asal Banyumas tersebut.
"Orang Mempawah asli baik, mereka malah tanya kenapa kami pulang," tandasnya.
Saat ini para pengungsi eks Gafatar masih berada di ruang tunggu Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Mereka difasilitasi makanan sembari menunggu pengangkutan menuju wisma haji Donohudan, Boyolali. (alg/trw)