Tapi selidik punya selidik, apa yang mereka lakukan bukan sekedar bertani. Pengamat sosial yang melihat Gafatar dari dekat Nawala Pradipta, menemukan adanya suatu aktivitas lain.
"Beberapa fakta Gafatar, mereka rela meninggalkan rumah, orang tua dan profesi yang sudah mapan mulai dari dokter, psikolog, guru, pengusaha, seperti dr. Dyah dan suaminya - dr. Rica dan lain-lain," jelas Nawala, Sabtu (23/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pendatang ini rela melakukan sesuatu yang asing di tempat baru. Tentu ada sesuatu yang terjadi dalam fenomena masyarakat seperti ini.
"Orang-orang tua dan dewasa ketika ditanya tentang agama dan tujuannya datang ke Kalbar jawabannya hampir seragam, agama itu urusan saya sendiri, tujuannya bertani memperbaiki kehidupan. Padahal kenyataannya mereka di tempat asalnya ada yang sudah memiliki pekerjaan mapan dokter, guru, pengusaha, pegawai bank, sarjana komputer, psikolog, mahasiswa, tetapi rela meninggalkan semuanya baik oekerjaan, kehidupan dan bahkan keluarga besarnya untuk tujuan bertani. Ini satu fenomena aneh yang mengindikasikan ada satu proses pengubahan orientasi pemikiran dalam diri orang-orang yang dewasa," urai dia.
Nawala memperkirakan dengan model masyarakat yang ada di dalam kamp itu membuat anggota kelompok tidak berinteraksi dengan masyarakat lain sehingga proses indoktrinasi akan bisa berjalan lebih intensif.
"Banyaknya Balita yang dibawa dalam kehidupan kamp, tidak disekolahkan tetapi diajar sendiri di dalam kamp. Hal ini merupakan suatu proses pembentukan karakter dan penanaman ideologi sesuai dengan yang diinginkan oleh gerakan ini. Mereka dapat dengan mudah mengindoktrinasi anak-anak ini seduai dengan tujuan yang diinginkan. Kalaulah orang tua dan orang dewasa saja bisa diubah orientasinya padahal mereka telah memiliki basis pendidikan dan pengetahuan serta latar belajang pengalaman kehidupan yang cukup mapan. Bagaimana dengan anak-anak mereka yang cukup intensif diindoktrinasi dengan cover home schooling. Apakah ini tidak berbahaya?" urai Nawala.
Karena anak-anak ini akan tumbuh dewasa dengan ideologi dan orientasi kehidupan yang telah ditanamkan oleh gerakan ini, loyalitas mereka akan patuh dan menuruti garis ideologi dan kebijakan gerakan ini. Apalagi orang-orang pengikut ini telah disumpah terlebih dahulu (baiat). Mereka akan dapat dijadikan sebagai martir dan instrumen hidup untuk mencapai tujuan organisasi ini.
"Kita harus mendalami gerakan ini dengan cermat dan seksama, jangan hanya melihat yang tampak di atas permukaan saja dengan melihat sikap dan tampilan iba yang seolah-olah mereka sebagai orang teraniaya yang hanya ingin memperbaiki nasib dengan bertani. Kita melupakan fakta-fakta yang tidak terlihat dan sebenarnya itu merupakan bahaya yang sangat besar bagi keutuhan dan masa depan bangsa dan negara kita," tutur dia. (dra/dra)