Lalu apa tanggapan pihak SGRC UI? (Baca juga: UI Sebar Pengumuman Tak Berkaitan dengan Support Group Untuk LGBT).
Nadia Karima Melati, mahasiswa FIB UI yang juga Koordinator SGRC UI ini menyampaikan bahwa organisasi SGRC adalah komunitas yang memberikan pemahaman tentang isu gender khususnya kepada remaja dan dewasa muda.
"Kami memberikan edukasi dan advokasi soal kekerasan yang berhubungan dengan gender di lingkungan kampus, kita publish paper ke konferensi-konferensi untuk mengawal isu-isu seputar itu," jelas Nadia yang ditemui di Depok, Jawa Barat, Sabtu (23/1/2016).
Menurut dia, awal berdirinya SGRC berawal dari salah satu rekannya, yang juga mahasiswa UI mengalami kesulitan saat membuat skripsi tentang isu seksual. Sumber untuk skripsi itu sulit didapat.
"Nah kita berpikir buat resources centre buat teman-teman yang nantinya mau bikin penelitian yang sama. Nah setelah pikir-pikir, sayang kalau kita cuma bikin resource centre makanya kita bikin support group supaya untuk memberikan kesan kelompok kita juga mementingkan implementasinya. Kita bikin support group agar si korban-korban, baik korban pelecehan dan lainnya, fokusnya kekerasan berbasis gender," urai dia.
Soal pihak UI yang menyebut mereka tak ada kewenangan, dia mengaku ingin meng-clearkan lebih dahulu masalah tersebut. Darimana awalnya, SGRC ini diterima pihak universitas, dosen dan lain-lain karena fokusnya ke edukasi dan support group.
"Tiba Tiba pemberitaan ini bisa boom itu gara-gara poster kerjasama SGRC dengan Melela. SGRC sebenarnya tidak pernah mempublikasikan poster itu. Kami internal kaget begitu poster ini tersebar, kami merasa kecolongan karena sebenarnya program dengan Melela Ini tidak pernah diset kami," urai dia.
"SGRC bukan Komunitas LGBT. Tiba-tiba dengan pemberitaan ini SGRC dilekatkan dengan Komunitas LGBT. Padahal saya sendiri sebagai koordinator utama sekaligus salah satu pendiri saya bukan bagian dari LGBT. Saya pure heteroseksual. Jadi kalau SGRC dibilang Komunitas LGBT terus saya apa? Dan banyak juga teman-teman saya yang heteroseksual, karena kita kan pengen belajar. Jadi SGRC memang bukan komunitas LGBT. Kita tidak pernah mempublikasikan," urai dia lagi.
SGRC sendiri memandang LGBT sebagai manusia yang membutuhkan teman dan perlindungan. "Jadi kami menolong advokasi bagi mereka yang menerima kekerasan berbasis gender. Gender Ini kan luas, LGBT adalah bagian dari seksualitas. LGBT adalah bagian dari kajian kami," tutur dia.
"Kami nggak mendorong dan kami nggak pernah menyembuhkan orang menjadi gay, yang kami lakukan adalah memberikan informasi kepada generasi muda, bahwa ini tubuh kamu, kamu harus berdaulat," tutup dia. (dra/dra)