Keluarga Siadih baru menerima surat tersebut pada Jumat (22/1/2016) siang. Mereka mengaku tidak percaya Siadih yang dikenal pendiam dan jarang bergaul tersebut diduga terlibat aksi terorisme.
"Dia orangnya agak pendiam, cukup aktif dalam kegiatan keagamaan, salah satunya kegiatan remaja masjid. Terakhir yang saya tahu si akang kerja sebagai office boy di salah satu universitas di Bogor," ujar adik kandung Siadih, Neti Kusmawati (24) kepada wartawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kontak terakhir empat bulan lalu, saat Idul Fitri dia menghubungi ibu dan mengabarkan sudah bekerja di Bogor. Setelah kontak terakhir itu si akang sulit dihubungi nomernya gak aktif," sambung Neti.
Foto Siadih Supriatna (Syahdan/detikcom) |
Sementara itu, menurut keterangan sang kakak Totok Kusmanto (36), pihak keluarga pasrah dengan kejadian yang menimpa sang adik. Menurut Totok adiknya yang lama merantau tersebut meski berada di rumah jarang bicara, dan lebih banyak mengurung diri di kamar.
"Adik saya itu pendiam, tapi aktif di keagamaan. Saya belum pernah menemukan ia mendalami atau mempelajari buku yang berbau jihad. Makanya kami kaget ada pemberitahuan penangkapan atas nama adik saya, saya kaget sekaligus tak percaya adik saya diduga sebagai teroris," kata Totok.
Pengamatan detikcom, dalam surat bernomor B/96/I/2016/Densus tanggal 15 Januari 2016 disebut Siadih mempunyai beragam nama samaran yakni alias Adi, alias Ceking, alias Memet dan alias Doni Alamsyah.
Disebut juga Siadih dibekuk Densus 88 pada Jumat (15/1) lalu di daerah Depok. Berdasarkan bukti permulaan yang cukup, Siadih diduga terlibat dalam jaringan teroris yang sepakat akan melakukan gangguan dan merusak objek vital dan fasilitas umum di kota-kota besar.
(miq/bal)












































Foto Siadih Supriatna (Syahdan/detikcom)