Priyo kemudian mencontohkan saat dia menjabat sebagai ketua Fraksi Golkar di DPR.
"Saya nggak tahu apa yang terjadi sebenarnya, perombakan sedramatis itu. Zaman saya 3 tahun ketua fraksi Golkar meski saya memiliki kewenangan, saya menghitung dampak psikologis dan itupun pasti akan saya teken bersama sekretaris," ujar Priyo di kediaman Agung Laksono Jl Cipinang Cimpedak II no 23, Jakarta Timur, Jumat (22/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Surat perombakan fraksi itu tertuang dalam SK bernomor SJ.00.708/FPG/DPRRI/I2016 tentang Penetapan Susunan dan Keanggotaan Fraksi-Fraksi dalam Alat Kelengkapan DPR RI dari FPG DPR RI Terbaru. Dalam surat ini Priyo tak menampik jika kader Munas Ancol juga diberi jabatan.
"Ya menarik juga karena beberapa anggota DPR yang diletakkan di komisi VIII dimasukkan di komisi-komisi lain. Ini pertanda apa saya juga nggak tahu, terima kasih saja," katanya.
Ia lantas menyindir langkah Setnov yang menandatangani SK tersebut seorang diri. Ia lalu mengenang saat ia menjabat ketua fraksi, untuk perombakan anggota selalu ia diskusikan baik dengan yang bersangkutan maupun ketua umum terlebih dahulu.
"Saya tidak tahu apakah Pak Nov sudah menghitung implikasinya ini atau tidak. Dan (SK) saya teken bersama sekretaris dan dipastikan sudah dikonsultasikan bersama ketua umum," pungkasnya.
Surat keputusan pergantian fraksi dan alat kelengkapan dewan di DPR tertanggal 21 Januari 2016 itu, ditujukan kepada pimpinan DPR RI. Surat hanya ditandatangani oleh Ketua Fraksi Golkar Setya Novanto, tidak ada tanda tangan atau kolom untuk Sekretaris Fraksi Golkar seperti umumnya surat pergantian anggota.
(erd/erd)











































