"Nggak ada paksaan untuk bergabung ke Gafatar karena di sini terbuka mau bertani," jelas Bagus yang ditemui di lokasi penampungan di Markas TNI Tanjungpura, Jumat (22/1/2016).
Arif dan Bagus memilih bergabung Gafatar karena program yang ditawarkan yakni ketahanan dan kemandirian pangan. Apalagi, Indonesia terancam krisis pangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para anggota Gafatar memang membentuk kamp. Di kamp itu para pria bertani, setelah sebelumnya diajarkan cara bertani. Sedang yang perempuan berdagang kue, yang dijual ke lingkungan masyarakat sekitar.
"Ibu-ibu jual kue karena dari awal sudah bersama-sama untuk mencukupi kehidupan itu. Kita bersama-sama contohnya dari makan, tempat tinggal satu kamp meskipun dapur umum beda," imbuh Arif.
Arif dan Bagus dahulu bercocok tanah di daerah asalnya. Keduanya hanya lulusan SMK. Di Kalbar, bersama anggota Gafatar yang lain, kebutuhan tercukupi.
Bagaimana dengan anak-anak, apakah sekolah?
"Anak-anak sekolah itu waktu kemarin ada home schooling gurunya dari orang tua karena asal kata sekolah bukan terpaku dalam ruangan, jadi di mana pun mereka belajar itu sekolah namanya. Tipe orang beda-beda belajarnya di lapangan iya di ruangan iya. 1 Minggu itu berapa kali indoor outdoor," tutup Arif. (dra/dra)