Karena itu, Mensos menghubungi Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan untuk mengusulkan proses evakuasi dengan helikopter. Helikopter diyakini bisa mempercepat evakuasi.
"Saya komunikasikan ke Menko Polhukam apa memungkinkan naik heli. Kalau kapal karena terbatas armadanya. Hari ini datang, enggak bisa langsung hari ini juga berangkat karena harus bermalam," ujar Khofifah di Bandara Supadio Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (22/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu para anggota Gafatar sampai di daerah asalnya, Khofifah meminta Dinas Sosial (Dinsos) setempat untuk memberi tempat singgah sementara selama 3-5 hari. Anggota Gafatar nantinya akan didata kembali serta ditawarkan program transmigrasi ke daerah luar Jawa.
"Mereka akan diidentifikasi dan diintegrasikan. Kalau mereka mau transmigrasi, saya sudah koordinasi dengan Menteri Transmigrasi mereka bisa diarahkan ke Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur karena itu peta wilayah yang mau dialihkan untuk transmigrasi," kata Khofifah.
Selain itu, Khofifah juga meminta kepada MUI setempat memberi pendampingan serta pencerahan agar mereka kembali ke jalan yang benar. Dia meminta agar mereka tidak perlu khawatir adanya penolakan atau resistensi dari sanak keluarga di daerah asalnya.
"MUI akan menyampaikan kepada mereka kalau beragama Islam wajib salat dan puasa. Saya meminta enggak usah khawatir ada resistensi keluarga. Kekhawatiran ditolak dan sebagainya sudah harus dicairkan," pungkasnya.
TNI AL memang sudah menyiapkan 3 KRI untuk mengangkut pengungsi Gafatar dari Pontianak. Mayoritas mereka akan dibawa ke Semarang dan Surabaya sebelum dibawa ke kampung halamannya.
Saat ini KRI Teluk Gilimanuk yang berada dalam Satfib Armabar itu sudah stand by di Lantamal XII/Pontianak. Armada masih menunggu persiapan dan koordinasi lebih lanjut untuk memberangkatkan pengungsi Gafatar. (aws/fdn)