"Kita lakukan kunjungan, saat ini ada 215 napi di 47 lapas di 13 provinsi kita kunjungi terus. (Tapi) ini ada yang radikal dan menolak untuk ditemui," kata Kepala BNPT Komjen Saud Usman di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Kamis (21/1/2016).
Saud menyambut baik adanya wacana memisahkan napi terorisme dengan yang lainnya. Sehingga tidak ada proses radikalisasi baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saud mengakui bahwa penjara atau lapas bisa saja menjadi 'kampus' untuk mencetak kader-kader gerakan radikal. Tetapi BNPT akan melibatkan ahli psikologis sehingga bisa mengubah pola pikir napi-napi yang telah dibaiat.
Sementara itu mengenai WNI yang kembali dari Suriah juga disebut Saud harus dilakukan pendampingan. Biasanya mereka telah mengikuti semacam pelatihan di negeri yang berkonflik.
"Iya kan mereka lakukan kegiatan militer dalam rangka kegiatan terorisme," sebut Saud.
BNPT Minta Masa Penahanan Teroris Ditambah
Pemerintah mewacanakan untuk menambah masa penahanan untuk para teroris. BNPT menyambut baik wacana ini karena akan lebih komprehensif dalam pencegahan terorisme.
"Masa penangkapan yang awalnya 7 x 24 jam, diperpanjang jadi sebulan. Kemudian juga masa penahanan yang hanya enam bulan jadi sepuluh bulan. Karena ini kan jaringan dan dibutuhkan waktu yang cukup," kata Saud. (bag/jor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini