Pada Selasa (19/1), ribuan massa memang turun ke jalan di Mempawah. Sudah memakai ikat kepala, mereka ingin mengusir kelompok Gafatar. Pemberitaan media yang masif memang membuat warga resisten pada organisasi Gafatar.
![]() |
Menilik ke belakang, kelompok Gafatar secara bertahap membangun basis di Mempawah. Warga saat itu menerima karena dianggap sebagai pendatang yang mengadu nasib. Bahkan warga menyewakan tanah dan rumah.
Belakangan, kasus hilangnya dr Rica warga Yogyakarta membuat Gafatar muncul. Belum lagi ada pengakuan-pengakuan dari mereka yang pernah bergabung Gafatar.
![]() |
Polda Kalbar sejak akhir 2015 sebenarnya sudah melakukan pendataan pada anggota Gafatar yang membuat kamp di Mempawah di Desa Moton dan Pasir. Saat itu pihak kepolisian berjaga-jaga, apalagi ada laporan-laporan masuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian pada Selasa (19/1) pagi dia meminta izin ke Kapolri Jenderal Badrodin Haiti untuk pulang ke Kalbar segera melakukan penanganan. Kapolri memberi izin, dan Arief segera terbang dari Jakarta ke Pontianak. Kemudian berlanjut dengan kendaraan mobil ke Mempawah sekitar 1-2 jam.
Arief langsung mendatangi ribuan massa yang sudah berkumpul. Massa sudah berteriak-teriak menolak Gafatar. Arief bergegas melakukan evakuasi pada anggota Gafatar. Ada sekitar 700-an anggota Gafatar di Kamp Moton.
Dalam video yang dilihat detikcom, Arief berdiri di tengah kerumunan. Dia berteriak meminta warga menahan diri, tidak berteriak-teriak karena itu memprovokasi. Arief juga memberitahu agar warga tidak melakukan tindakan apapun, karena anggota Gafatar akan dievakuasi dari lokasi kamp. Situasi di sana memang sudah tidak memungkinkan apabila anggota Gafatar bertahan.
Arief saat itu juga sudah tegas meminta agar tidak ada yang melakukan kekerasan dan pembakaran. Saat seorang pria datang dan mengaku mendapat izin membakar, Arief bertindak tegas.
![]() |
Dia menyampaikan tidak boleh ada pembakaran. Arief adalah Kapolda Kalbar dan pemimpin tertinggi petugas keamanan di lokasi. Dia meminta warga tertib, tidak bertindak yang melanggar hukum.
Ratusan warga anggota Gafatar sukses dibawa keluar dari kamp. Tidak ada yang terluka, polisi dan TNI mengawal ketat, serta Arief mengawasi langsung.
Tapi rupanya, setelah semua selesai, sambil bergerak ke kamp Desa Pasir, dari ribuan warga ada saja yang berulah dan membakar rumah kayu milik anggota Gafatar. Di kamp itu memang sudah kosong, seluruh warga, termasuk hewan ternak, dan kendaraan sudah dievakuasi.
Polisi kemudian bergerak ke Desa Pasir, yang berjarak 2,5 Km dari Desa Moton. Di Desa Pasir, ada ratusan warga Gafatar yang harus segera dievakuasi. Arief memimpin evakuasi, dan juga meredam emosi ribuan warga yang menyemut agar tidak anarkis.
Prose evakuasi selesai, ada lebih dari 1.000 anggota Gafatar yang ditampung di Markas Kodam Tanjungpura. Pangdam Tanjungpura Mayjen Agung Risdhianto memang memberi izin markas TNI menjadi penampungan sementara. Lokasi ini dipilih selain bisa menampung pengungsi Gafatar juga aman. Ribuan warga juga bisa diredam kemarahannya.
(dra/dra)