"Memang di depok ada kalimat-kalimat yang mengandung ajaran radikalisme. Kami akan panggil saksi karena nggak bisa begitu saja langsung mengklaim itu radikalisme," ujar Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Anton Charliyan di Mabes Polri, Kamis (21/1/2016).
Walau telah mendengar kabar tersebut, namun polisi belum mengetahui di bagian mana kalimat di buku tersebut yang mengandung unsur radikalisme.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wakil ketua umum GP Ansor, Benny Rhamdani mengatakan penemuan buku tersebut berdasarkan laporan orangtua salah satu murid TK pada 19 Januari lalu. Dia menjelaskan, buku berbau unsur radikalisme itu dikemas dalam bentuk metode belajar membaca praktis.
Di dalam buku tersebut terdapat 32 kalimat yang mengarahkan pada tindakan radikalisme, di antaranya 'sabotase', 'gelora hati ke Saudi', 'bom', 'Sahid di medan jihad', hingga 'cari lokasi di Kota Bekasi'. Kemudian ada juga kalimat dan kata-kata yang mengandung radikalisme seperti 'rela mati bela agama', 'gegana ada di mana', 'bila agama kita dihina kita tiada rela', 'basoka dibawa lari', "selesai raih bantai kyai', dan 'kenapa fobia pada agama'. (rii/dra)











































