Warga di sekitar jalan Thamrin dan sekitarnya masih belum sadar bahwa di dalam Starbucks telah terjadi aksi bom bunuh diri. Warga masih beraktivitas seperti biasa.
Dua puluh detik kemudian yakni pukul 10:36:57 WIB sebuah ledakan yang lebih besar terjadi di pos polisi di perempatan jalan Thamrin, Jakarta Pusat, persis di depan gedung Sarinah. Tiga orang tergeletak di dekat pos polisi menjadi korban ledakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua menit setelah ledakan, sejumlah polisi lalu lintas datang dari arah simpang Monas. Mereka berusaha menolong korban dan meminta warga menjauh dari lokasi. Namun himbauan polisi tak dihiraukan, warga justru makin banyak yang menuju pos polisi.
Di sudut lain, nampak dua orang keluar dari parkiran Starbucks. Mereka bertopi dan membawa ransel di punggung. Belakangan dikatahui dua orang itu adalah Afif alias Sunakim dan Ali.
Mereka berdua berjalan menuju kerumunan warga. Lima meter dari warga Afif dan Ali mengeluarkan pistol. Mereka menembak dua polisi lalu lintas, Minto dan Suhadi.
Kerumunan warga mulai buyar. Namun polisi yang sudah ada di situ belum menyadari adanya serangan teror. "Polisi masih belum tahu, apa yang sebenarnya terjadi. Kerumunan warga mengganggu konsentrasi polisi. Semestinya saat ada peristwa ledakan, warga tak mendekat. Biarkan polisi bekerja," kata seorang perwira polisi yang turut baku tembak dengan Afif dan Ali.
Setelah Minto dan Suhadi tertembak, Afif menembak ke arah polisi yang berada di dekat pos polisi. Mereka menyasar Kepala Biro Operasional Polda Metro Jaya Kombes Martuani Sormin, dan AKBP Untung Sangaji. Namun tembakan mereka melesat dan mengenai Rais, seorang office boy yang kebetulan melintas.
"Sampai di sini, polisi masih belum tahu siapa pelaku penembakan," kata perwira tersebut.
Setelah menembak Rais, Afif dan Ali berjalan mundur sambil mengacung-acungkan senapan. Di saat inilah atau 12 menit setelah ledakan di Starbucks Coffee, polisi tahu pelaku teror sebenarnya.
Polisi pun mengepung Afif dan Ali. Sepuluh menit kemudian dua terduga teroris itu berhasil dilumpuhkan. Bom di tangan mereka tak jadi dilemparkan ke arah polisi karena keburu tertembak.
Setelah memastikan bahwa Afif dan Ali tewas, polisi pun mulai melakukan evakuasi korban di sekitar pos polisi dan dan di depan Menara Cakrawala.
Namun polisi tak sadar bahwa sebelumnya telah terjadi bom bunuh diri di dalam Starbucks Coffee. Barulah lima belas menit setelah Afif dan Ali tertembak, seorang anggota polisi melapor bahwa ada korban meninggal dunia di dalam Starbucks Coffe.
Di situlah kemudian polisi tahu bahwa ada bom bunuh diri di Starbucks Coffee. Kombes Martuani awalnya juga mengira bahwa ledakan di Starbucks Coffee hanya berasal dari tabung gas.
"Waktu ledakan pertama, itu saya melihat asap dari kanan saya dari Starbucks Coffee. Sopir saya bilang 'Pak ada ledakan', waktu itu saya sempat mengira ah ledakan kompor gas itu," jelas Martuani saat dihubungi detikcom, Senin (18/1/2016).
Selang beberapa detik kemudian, Martuani kembali mendengar ledakan yang lebih keras. Ia kemudian memerintahkan sopirnya untuk putar balik ke arah perempatan Thamrin. Ia lalu menghentikan mobilnya di tengah jalan, tepat di seberang Starbucks Coffee.
"Setelah terdengar ledakan kedua, saya memastikan ini ledakan bom. Kemudian saya menuju ke Pos Lalu Lintas," ucapnya.
(erd/mad)