Ditemui sesaat sebelum pulang dari RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (21/1/2016), Frank yang tampak masih berbalut perban di bagian lengan dan dahinya itu mengaku berada di dalam Starbucks Coffee saat kejadian pada Kamis (14/1) lalu. Sekitar 20 menit sebelum bom meledak, Frank tengah bertemu dengan seorang kawan dan menikmati kopi.
"Waktu hari kejadian, Kamis, saya ketemu teman di Starbucks Coffee, duduk minum kopi. (Setelah) 20 menit (berada di Starbucks, ada) ledakan di samping kanan saya yang sangat kencang," ucap Frank di RS Abdi Waluyo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada tembak-tembakan. Saya cari jalan keluar ke arah loket jual kopi dan tiba ke arah situ, badan saya masih ada api, rambut saya masih terbakar dan saya coba mematikan api tersebut. Tiba-tiba di depan saya kaca hilang, tinggal bingkai. Saya keluar lewat situ," ucapnya.
Frank kemudian berjalan ke halaman depan Starbucks Coffee dan berjalan ke arah Jalan Wahid Hasyim. Dia mengaku mendengar ledakan berikutnya yang membuatnya mencoba untuk menyelamatkan diri.
"Saya ke arah kiri dan melihat ada matahari dan langit biru. Tidak ada orang sama sekali. Saya lihat beberapa orang turun dari gedung bioskop, tidak mau bantu saya. Handphone saya hilang jadi saya tidak bisa menghubungi istri saya," ucap pria yang mengaku telah tinggal di Indonesia sejak tahun 1998 tersebut.
Setelah itu, Frank mengaku ada pasangan yang membantunya. Dia pun memasuki mobil yang dibawa pasangan tersebut dan diantar menuju ke RS Abdi Waluyo.
![]() |












































