Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 10.51 WIB Kamis pagi (14/1/2016) pekan lalu. Saat itu dua terduga teroris yakni Ahmad sudah tewas karena bom bunuh diri di dalam Starbucks Coffee dan Dian tewas dalam ledakan bom di pos polisi perempatan jalan Thamrin.
Tinggal dua terduga teroris yakni Ali dan Afif bin Sunakim. Posisi mereka 'terkepung' berada di trotoar persis di depan Starbucks Coffee. Di sebelah kanan dan kiri mereka ada polisi yang siap menyerang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi mereka (Afif dan Ali) ini bukan mati akibat bom bunuh diri, tapi karena ditembak oleh polisi," tambah dia.
Bukti lain bahwa Afif dan Ali bukan mati karena bom bunuh diri adalah, jenazah mereka yang masih utuh. Hanya ada beberapa luka akibat tertembus peluru. "Kalau bom bunuh diri jenazahnya pasti hancur," kata dia.
Keterangan perwira polisi tersebut sesuai dengan keterangan Ajun Komisaris Besar Untung Sangaji yang terlibat langsung saat melumpuhkan kelompok terduga teroris tersebut.
"Awalnya saya hantam (tembak) dia di kaki, ada bom yang jatuh dari badannya yang kemudian meledak," kata Untung saat dihubungi detikcom, Kamis (14/1/2016) malam.
Setelah itu, Untung menyebut masih terlibat kontak senjata dengan para pelaku. Ketika dia melihat ada bom lagi yang hendak diledakkan, Untung langsung menembak ke pelaku hingga tewas.
"Begitu ada gerakan tembak menembak, ada terlihat lagi bom di situ yang keluar dari badannya, saya tembak langsung," kata Untung.
Tepat pukul 11.00.02 WIB atau 22 menit setelah ledakan bom bunuh diri terjadi di dalam Starbucks Coffee, polisi berhasil melumpuhkan teroris di jalan Thamrin, Jakarta Pusat. (erd/dra)











































