Seskab: Pemerintah Cari Dalang Penyerangan Anggota Gafatar di Mempawah

Seskab: Pemerintah Cari Dalang Penyerangan Anggota Gafatar di Mempawah

Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Rabu, 20 Jan 2016 12:19 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Desa pemukiman pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) digeruduk ribuan massa di Mempawah, Kalimantan Barat. Akibatnya sebanyak 1.117 anggota Gafatar yang bermukim di wilayah itu akan direlokasi.

"Dari semalam kita berkoordinasi dengan Menko Polhukam, Mendagri, Mensesneg dan juga sudah kontak ke lapangan, (membicarakan) hal yang berkaitan dengan kelompok Gafatar di Menpawah, dan TNI sudah merelokasi mereka dan kita memang tidak mau tindakan intoleransi itu dilakukan oleh siapa pun," kata Seskab Pramono Anung di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Rabu (20/1/2016).

Relokasi sedang berproses hingga saat ini. Sebetulnya sudah ada negosiasi antara masyarakat dan pengikut Gafatar untuk merelokasi diri dalam waktu 4 hari. Tetapi belum sampai 4 hari, kemudian datang ribuan massa yang menggeruduk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pemerintah akan tetap melihat, mempelajari dan mencari siapa dalang dari hal tersebut karena sebenarnya kan sudah ada negosiasi minta waktu 4 hari untuk merelokasi," imbuh Pramono.

Sementara ini memang opsinya adalah merelokasi para pengikut Gafatar. Setelah itu baru akan dilakukan pengembalian para pengikut Gafatar ke tempat asal setelah data-data terpenuhi.

Penggerudukan massa itu terjadi pada Senin (18/1) saat ribuan warga di Mempawah hendak ke perkampungan Gafatar. Mereka ingin mengusir para pengikut Gafatar.

Tetapi di hari itu, polisi langsung bertindak cepat sehingga para anggota Gafatar bisa diamankan. Bersama Pemkab Mempawah dan TNI, Polda Kalbar melakukan evakuasi.

"Awalnya warga yang anggota Gafatar memilih bertahan di kamp mereka," kata Kapolda Kalbar Brigjen Arief Sulistyanto.

Arief juga menyebut masyarakat Mempawai sudah memakai ikat kepala. Dalam tradisi masyarakat setempat, memakai ikat kepala disebut Arief bisa terjadi hal yang berbahaya.

(bpn/dra)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads