Teror bom yang terjadi pada Kamis Kamis 14 Januari 2016 pagi tersebut mengejutkan segenap kalangan. Tujuh orang tewas dan puluhan luka-luka akibat ledakan bom yang diduga dilakukan oleh jaringan Bahrunnaim ini.
Aparat kepolisian berjibaku melawan teroris. Ada pula warga sipil yang bahu membahu menolong korban-korban luka yang berjatuhan. Semua dilakukan mereka dengan keberanian tinggi dan rasa kemanusiaan yang tulus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begini 6 kisah nyata itu:
1. AKBP Herry Evakuasi Rais
|
Foto: Pool
|
Rais saat itu tengah melintas di perempatan Jl MH Thamrin ketika teroris menyerang Pos Lalu Lintas. Ia berada di tengah kerumunan masyarakat yang sedang melihat korban ledakan di Pos Lalu Lintas. Sebelum akhirnya dievakuasi menggunakan ambulans, Rais sempat terkapar selama 15 menit lebih di tengah jalan. Karena pada saat itu, petugas mengevakuasi anggota lalu lintas yang terluka parah akibat ledakan di pos lalu lintas lebih dahulu.
Pertimbangannya saat itu, anggota polisi tersebut masih terlihat hidup dan meminta tolong. Sedangkan Rais pada saat itu sudah terlihat tidak bergerak. Sampai jalanan menjadi lengang ketika terjadi baku tembak, Rais belum juga dievakuasi. Beruntung saat itu Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro AKBP Herry Heryawan mengecek kondisi Rais yang tergeletak di temgah jalan.
detikcom mendapatkan sebuah rekaman CCTV yang ada di salah satu gedung yang menangkap aksi Herry saat berlari-lari di tengah jalan. Herry mengenakan body vest lengkap dengan helm saat itu.
Sebelumnya, Herry sempat mengontak melalui HT agar ambulans datang, tetapi tidak ada yang datang. Hingga akhirnya, Herry berlari menyeberang ke gedung sisi utara (seberang gedung Menara Cakrawala) lalu menyuruh ambulans ke tengah jalan. Barulah ambulans tersebut datang.
Di saat bersamaan, mobil polisi ke tengah jalan menjadi 'tameng' ambulans yang akan mengevakuasi Rais agar tidak diserang oleh teroris yang berada di halaman Starbucks Coffee. Rais pun baru bisa dievakuasi ke dalam ambulans dan dibawa ke rumah sakit.
2. Satpam Bank
|
Foto: Aditya Mardiastuti
|
Tri mendengar suara ledakan bom pada pukul 10.40 WIB. 10 Menit kemudian dia mengevakuasi karyawan melalui pintu depan ke Bank Mandiri di Jalan Sunda.
"Sebagian ada yang naik mobil sebagian ada yang lari ke belakang. Waktu itu kebetulan ada yang hamil pingsan. Terus kita bopong ramai-ramai," ujar Tri di area Bank Mandiri, Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (18/1/2016).
Setelah semua karyawan dievakuasi, Tri menutup pintu bank. Namun kondisi pintu bank sulit ditutup. Tidak berapa lama kemudian, pintu akhirnya bisa tertutup dan dia ke Bank Mandiri Jalan Sunda sambil berlari.
Di jalan, Tri melihat warga sudah kocar-kacir. Dia juga melihat seseorang yang ditimpuk polisi dengan tanda rambu lalu lintas karena ingin ikuti beberapa anggota Densus 88 yang masuk ke Gedung Cakrawala untuk memukul mundur pelaku pengemboman.
"Waktu itu kejadiannya kayak orang main film. Dar, der, dor. Ngerinya ada peluru nyasar," tuturnya.
Bom Thamrin menewaskan 7 orang di mana 4 orang merupakan pelaku. Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian menyebut otak pelaku yakni Bahrun Naim yang kini sudah kabur ke Suriah.
3. AKBP Untung dan Ipda Tamat
|
Foto: Rina Atriana/detikcom
|
"Jika bom itu meledak bisa 2 Km lebih. Anda lihat bom yang kecil saja paku terbang sampai ke lantai 2," kata Untung saat singgah sebentar dalam diskusi 'Di Balik Teror Jakarta' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (16/1/2016).
Awalnya Untung bercerita soal aksinya menghabisi pelaku yang bersembunyi di parkiran Menara Cakrawala. Dalam video yang beredar, pelaku terlihat meledakan bom bunuh diri. Namun memang jika diperhatikan secara detail, sepertinya bom tak meledak dengan sengaja.
"Ketika kaki dihantam (peluru) si Tamat, saya hantam dadanya. Mendapat tembakan dari Tamat, tamat dia. Saya lihat ada bom yang lebih besar di punggungnya. Berat sekali dia jalan. Nah ini bahaya, saya akhirnya mengambil tindakan penyelesaian di tempat," ungkapnya.
Untung lalu beralih cerita mundur ke belakang, saat bom di pos polisi meledak. Untung menuturkan bom di pos polisi itu ledakannya lebih kecil dibanding yang di parkiran Menara Cakrawala. Namun bom itu mengandung sekrup dan batu-batu yang terlempar ke segala arah.
"Wah ini bukan bom biasa, ini teroris karena ada sekrup, ada baut dan paku nancap di korban yang di dalam. Akhirnya saya berteriak ke Tamat, untuk back up," jelas Untung.
Untung juga menuturkan saat dia menyelamatkan polantas yang terluka di dalam pos polisi. "Ketika menyelematkan korban ke atas mobil, ada tembakan. Kami tetap menyelamatkan korban. Masyarakat menonton, ngapain itu masyarakat menonton. Kita bantu korban masuk, di-escape ke rumah sakit. Di kerumunan itu tiba-tiba ada yang tergeletak. Saya teriak lari!" paparnya.
Untung saat ini bertugas di Pusat Pendidikan Polisi Air. Awalnya dia tak ingin tampil ke depan publik, namun beredar kabar yang menyebut ia sebagai salah satu komplotan pelaku. Akhirnya dia pun harus melakukan klarifikasi.
4. Kombes Martuani Sormin
|
Foto: Instagram
|
"Saya melintas di Sarinah ada ledakan di Starbuck cafe, mengeluarkan asap. Saya berpikir itu ledakan kompor. Belum sampai lampu merah berikutnya ada ledakan yg kemudian saya tahu adalah Pos Polisi," jelas Martuani, Sabtu (16/1/2016).
Berikut penjelaskan Kombes Martuani mengenai peristiwa itu:
1. Saya melintas di Sarinah ada ledakan di Starbuck cafe, mengeluarkan asap. Saya berpikir itu ledakan kompor.
2. Belum sampai lampu merah berikutnya ada ledakan yang kemudian saya tahu adalah Pos Polisi,
3. Sopir saya perintahkan putar balik ke arah sumber ledakan.
4. Berhenti persis didepan starbuck cafe. Saya turun dan segera memerintahkan anggota lantas untuk tutup dan mengisolasi TKP.
5. Saya tidak tahu kalau di belakang saya sudah ada anggota teroris yang acungkan senjata dan menembak kerumunan orang dekat pos Polisi. Orang yang berbaju hitam tertembak jatuh.
6. Mobil pajero hitam saya dilempar bom.
7. Anggota lantas dievakuasi.
8. Terdengar tembakan.
9. Saya mendekati starbucks cafe dari arah Sarinah didampingi sopir dan laki-laki berbaju putih (diduga AKBP Untung). Kita mulai menembak pelaku yang berbaju hitam bersembunyi di balik mobil putih.
10. Saya menembak dan mengganti magazen glock saya.
11. Pelaku tertembak. Kemudian meledak.
12. Kami bertiga masuk memastikan pelaku meninggal.
13. Ditemukan bom lempar diransel pelaku dan senjata pistol jenis FN.
5. Aiptu Doni
|
Foto: Lamhot Aritonang
|
Saat menolong Aiptu Deni, Aiptu Dodi tertembak di bagian perut. Untungnya luka tembakan itu tak fatal, kondisi Aiptu Dodi sudah membaik.
"Yang bersangkutan kondisinya sudah berangsur-angsur membaik. Saya rasa sudah membaik dan saya berdoa agar cepat dan semakin baik, agar bisa cepat kembali ke rumah dan berkumpul bersama keluarga," ujar Kompol Eko.
Selain Aiptu Dodi, ada Aiptu Budiyono yang juga dirawat di RSPAD. Namun kondisi Aiptu Budiyono masih belum sadarkan diri.
6. AKBP Dedy dan AKBP Susatyo
|
Foto: Grandyos Zafna
|
Susatyo bercerita, begitu mereka mendapat perlawanan, mereka langsung berlindung di balik mobil miliknya dan milik Karo Ops Polda Metro. Sedangkan Kapolsek Menteng AKBP Dedi bergerak dari arah Sarinah dan melakukan perlawanan dari sana.
"Jadi kita ditembakin terus, saya dari arah depan Starbucks sama Pak Karo Ops, di Sarinah ada Pak Kabag Ops Polres dan Menteng 1 (Kapolsek Menteng)," ujarnya.
Hampir 60 menit baku tembak itu terjadi dan akhirnya musuh berhasil dilumpuhkan. AKBP Dedy pun bercerita soal momen tersebut. Menurutnya paa teroris sangat dingin.
"Saya sempat kontak mata. Dia nggak takut. Santai matanya. Mereka todongkan senjata juga," kata Dedy.
Dedy menceritakan, saat baru tiba di lokasi, ia melihat para pelaku teror tengah menyiapkan bom untuk diletakkan. Saat konsentrasi mereka terpecah itulah, Dedy dan 3 temannya berlari mendekati Starbucks dari sisi samping. Dedy cs dan pelaku hanya berjarak 6 meter.
Halaman 2 dari 7











































