"Mereka sebenarnya tidak hilang, tapi menghilang dan bukan diculik," kata Ken, kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Ken yang juga, mantan anggota NII ini beranggapan jika apa yang dilakukan oleh Gafatar merupakan hasil evolusi dari Lembaga Kerosulan, Isa Bugis, dan NII yang sebelumnya pernah dilarang oleh pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alasan mereka meninggalkan keluarga dan kehidupannya karena mereka hidup di dua dunia, maksudnya satu sisi mereka didalam kelompok Gafatar mereka harus menjaga rahasia dan mereka harus menutup aurat, tapi aurat itu bukan jilbab tapi rahasia kelompok, yang tahu hanya kelompoknya dan yang tahu hanya keluarganya," ujarnya.
Tapi, lajut dia, saat mereka harus menjaga aurat atau rahasia itu dan mereka hidup di rumah bersama keluarganya, secara otomatis setiap kegiatannya pasti akan ditanyakan oleh anggota keluarganya, mau tidak mau mereka harus berkata jujur, sementara tuntutan kelompok mengharuskan mereka menjaga rahasia, akhirnya mereka berbohong.
"Seorang pelajar, seorang mahasiswa yang biasa pulang sore tiba-tiba pulang malam, ditanya oleh ibunya dari mana, dia jawab kumpul dengan teman. Sehari sampai seminggu bisa bilang begitu, tapi dalam satu bulan berbohong pasti dia akan lelah dan kadang mereka tidak tega berbohong ke orang tua yang akhirnya memilih menyingkir dari rumah dan menghilang," ujarnya.
Kepergian mereka agar tidak ada lagi kebohongan kepada keluarganya, dan rata-rata, mereka yang pergi tersebut selalu membuat pesan ke orang tua baik sms surat yang berisikan agar keluarga tidak usah khawatir. Itu semua karena mobilitas mereka sangat tinggi, sehingga mereka menyingkir dari pada harus berbohong.
"Rata-rata mereka membuat surat agar 'ibu bapak tidak usah khawatir, saya baik-baik saja, di sini nyaman kok', hampir semua seperti itu," jelasnya.
Jika dibilang mereka yang pergi dan meninggalkan kehidupan serta keluarganya pasti tetap akan merasa kangen.
"Itu semua manusiawi, mereka juga kangen dengan keluarga, karena untuk memutuskan itu perlu pertimbangan. Tapi karena tuntutan kelompok yang begitu kuat, dia punya target, tanggung jawab, mau tidak mau harus ikuti kelompoknya," katanya. (arb/dra)