GMT terjadi saat bulan melintas tepat di antara bumi dan matahari, sehingga membuat bayangan bulan jatuh ke permukaan bumi dan membuat suasana menjadi gelap. Ukuran matahari dan bulan di langit yang seolah-olah sama besar terkadang membuat seluruh permukaan matahari tertutupi oleh bulan dan menghasilkan gerhana matahari total.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bulan begerak menjauhi bumi, anak-anak, cucu-cucu kita yang hidup miliaran tahun mendatang tidak akan bisa melihat gerhana matahari total," ucap Premana di acara "Lauching Hitung Mundur Gerhana Matahari Total 2016 di kantor Lapan, Jalan Pemuda Persil, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (14/1/2016).
(Baca Juga: Gerhana Matahari Total Beberapa Kali Melintas di Indonesia, Heboh Hingga Mencekam)
Fenomena alam ini masih belum dipahami dengan benar oleh masyarakat, bahkan ada yang menganggap GMT sebagai peristiwa yang menyeramkan. Sehingga perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat.
Premana mengatakan edukasi tentang GMT 2016 ini sudah dimulai sejak 2014 dengan menumpang berbagai kegiatan pelatihan guru dan festival Science, Technology,Β Engineering, Arts, Mathematics (STEAM). Ada juga pengiriman paket pendidikan GMT berupa booklet, brosur dan kacamata gerhana ke beberapa lokasi di wilayah pelosok Indonesia, terutama yang dilintasi totalitas GMT namun tidak dikunjungi oleh ekspedisi pengamatan astronom profesional maupun amatir.
"Paketnya berupa booklet, mengajar bagaimana cara membuat proyeksi lubang jarum dan membagikan kacamata matahari, targetnya 10.000 kacamata. Kacamata ini lumayan mahal karena filternya harus dipesan dengan istimewa. Matahari akan sangat silau dan kalau kacamata ini diarahkan ke lampu sinar tidak akan terlihat, tapi matahari bisa terlihat. Ada petunjuk di belakangan kacamatanya," ucap Premana.
Untuk memberikan edukasi ini, UNAWE juga berkoordinasi dengan program Indonesia Mengajar dan alumni Astronomi ITB di lokasi-lokasi yang dilakukan edukasi, seperti Medan,Β Balikpapan,Β Makassar,Β Lombok dan Kupang.
Sementara untuk dearah utama pengamatan GMT, UNAWE memilih Poso karena merupakan daerah GMT dan poso merupakan daerah yang memiliki sejarah konflik yang cukup panjang. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini maka bisa mempererat hubungan persaudaraan di sana.
UNAWE sudah melakukan kunjungan persiapan di Poso, yakni tanggal 6-10 Januari 2016. Mereka mengajak Pemda Poso untuk bekerjasama, melakukan sarasehan untuk pemuka masyarakat, pelatihan guru dan siswa dan pemilihan lokasi pengamatan GMT.
"Persiapan pengamatan bersama masyarakat Poso, partisipasi dalam "Kawaniya" Festival Rakyat Poso menyambut GMT, pengamatan bintang malam hari untuk umum. Di Poso menyebut gerhana dengan istilah Kawaniya," ucap Premana.
![]() |
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini