"Tolong dengarkan kalau dari CCTV, tidak ada gambar pelaku lain. Dalam CCTV tak terekam," ujar Anton di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Minggu (17/1/2016).
Dia menjelaskan dalam aksi terorisme, sangat jarang pelaku menggunakan kendaraan pribadi untuk melarikan diri. Mengacu beberapa kejadian seperti bom di Kedubes Australia pada 2004 lalu yang saat itu pelaku meledakkan diri bersama kendaraannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lanjutnya, dia meminta agar masyarakat yakin terhadap polisi. Dia menerangkan upaya kepolisian dalam mengendalikan peristiwa teror patut dihargai.
Keberanian perwira menengah polisi untuk berjibaku langsung dengan pelaku teror dan kemudian menembaknya dianggap suatu prestasi.
"Dalam waktu dua menit setelah pemboman, polisi sudah datang. Dalam waktu 11 menit, polisi sudah bisa lumpuhkan pelaku. Ini prestasi, belum ada di dunia, melumpuhkan dalam waktu 11 menit," katanya.
Menurutnya, contoh seperti ini hanya di Indonesia. Keberanian sikap dari pimpinan diperlihatkan dalam pengamanan bom Thamrin.
"Coba cari di dunia, jenderal, perwira turun, hanya di Indonesia. Ini pamen maju. Ini tandanya bangsa Indonesia cukup berani. Kalau negara lain, Jenderal, Kombes, kolonel itu di belakang meja saja," sebutnya.
(hty/Hbb)











































