"Kalau website lebih mudah, karena laporannya dari masyarakat. Kalau media sosial, itu bisa hit and run, ditutup, nanti dibikin lagi, tutup, bikin lagi yang baru. Jadi susahnya di situ," kata Rudiantara saat ditemui di Kantor Kemenko Polhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (15/1/2016).
Rudiantara mengatakan, pihaknya telah menutup 11 situs yang terkait radikalisasi menyusul aksi teror di MH Thamrin, Jakarta Pusat. Salah satunya merupakan situs www.bahrunnaim.co milik Bahrun Naim, pria yang diduga sebagai otak penyerangan di MH Thamrin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Situs itu lebih mudah ditangani karena di block selesai sudah. Tapi kalau yang media sosial, saya harapkan kepada masyarakat jangan mudah untuk memforward informasi-informasi yang belum akurat. Di TV pun kemarin banyak yang tidak akurat, dikatakan ada lah bom di sini, di sana. Media elektronik juga menanyangkan yang menurut saya melanggar etika dari KPI. Itu kan enggak boleh," ujar Rudiantara.
"Dengan kita berpikir mengenai kontennya, kita akan mengurangi kemungkinan satu orang bingung. Kalau memang hoax, ya sudah (jangan disebar), berarti akan mengurangi orang agar tidak bingung," tambahnya. (jor/rvk)











































