"Saya kadang suka ngopi di situ. Lokasinya memang strategis, di situ banyak yang datang orang-orang PBB, orang internasional. Setengah pengunjungnya orang asing," jelas peneliti terorisme yang Sidratahta Muntaha, Jumat (15/1/2016).
Sidratahta yang juga pernah menjadi peneliti di BNPT mengungkapkan, diperkirakan juga pelaku sudah survei lebih dahulu ke Starbucks itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pastinya, lanjut Sidratahta, dari yang terjadi pada serangan bom Thamrin ini, perlu dipikirkan masak-masak sistem pengamanan di ring 1.
"Ini lokasi pusat bisnis dan pemerintahan. Early warning system perlu dilihat lagi. Ini kalau disebut masih serangan skala kecil," urai dia.
Apa yang dilakukan penyerang di Thamrin itu, dikhawatirkan menjadi pemicu kelompok lainnya karena melihat mudahnya pelaku membom kemudian berjalan bebas dan melakukan penembakan.
"Semua institusi harus bekerja sama, sharing data. Jangan sampai terjadi seperti ini, mesti ada kesatuan dari institusi pemerintah," tutup dia. (dra/dra)











































