Gafatar, Lewat Bungkus Kegiatan Sosial Merekrut Anggota dan Menyebarkan Ajaran

Gafatar, Lewat Bungkus Kegiatan Sosial Merekrut Anggota dan Menyebarkan Ajaran

Arbi Anugrah - detikNews
Kamis, 14 Jan 2016 09:07 WIB
Foto: Ilustrasi oleh Mindra Purnomo
Jakarta - Organisasi Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara) eksis dan berkembang cukup cepat di seluruh Indonesia. Organisasi ini mencari simpati masyarakat melalui kegiatan-kegiatan sosial yang sifatnya membantu pemerintah. Tapi di balik itu semua, Gafatar mempunyai program yang menyimpang.

"Dengan sugesti bahwa hukum di Indonesia kacau, tidak berlandaskan Islam, maling ayam dihukum berat, koruptor di hukum ringan. Dengan itu mereka mengajak anak muda, ini lho wadahnya perubahan yaitu Gafatar," kata pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan (40), saat berbincang dengan detikcom Rabu (13/1/2016) kemarin.

Menurut dia, Gafatar ini cukup eksis lantaran tidak pernah merespons suara-suara miring dari masyarakat, mereka terus berkarya, seperti melakukan kerja bakti, donor darah, pelatihan, bimbel gratis yang sifatnya program membatu pemerintah dengan kegiatan positif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini yang membuat pemerintah agak kecolongan," ujar Ken yang juga pendiri Republik Ngapak.

Dia mengungkapkan, Gafatar tidak bedanya dengan NII, namun Gafatar ajarannya lebih lengkap, karena semua konsep menjadi satu kesatuan seperti ada Lembaga Kerosulan, ada Isa Bugis yang dikomparasi menjadi satu yaitu NII dan dikomparasi lagi dari Islam, Nasrani, Yahudi, tambah komplit.

"Gafatar menggunakan konsep militan, orang tidak akan bisa militan jika tidak punya musuh, jadi mereka menanamkan kepada orang yang bergabung bahwa kita punya musuh namanya RI, dan harus mengubah RI lebih baik dengan cara mereka," ujarnya.

Dia mengatakan, sebuah organisasi biasa itu tidak mungkin akan mensejahterakan masyarakat Indonesia, organisasi merupakan perkumpulan dan sebagai alat pemersatu. Sedangkan untuk mensejahterakan masyarakat ini sudah porsinya negara dan bagi konsep mereka untuk merubah system harus dengan sistem tidak bisa dengan organisasi.

"Sebenarnya bukan tidak mengakui RI, tapi lebih pada kekecewaan terhadap kondisi hari ini. Mereka ingin mengubah dengan cara mereka dan mereka militan," ungkapnya.

(arb/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads