Kompolnas: Gafatar Ganggu Ketertiban, Sudah Saatnya Polisi Bertindak

Kompolnas: Gafatar Ganggu Ketertiban, Sudah Saatnya Polisi Bertindak

Rina Atriana - detikNews
Kamis, 14 Jan 2016 08:39 WIB
Foto: Ilustrasi oleh Mindra Purnomo
Jakarta - Kasus dr Rica Tri Handayani cukup menyita perhatian publik. Sebelum sempat menghilang, diketahui dokter asal Yogyakarta itu bergabung dengan organisasi Gafatar.

Mantan Ketua Gafatar DIY Yudhistira membenarkan keanggotaan Rica. Hanya saja kepada polisi dokter satu anak itu membantah jika kepergiannya dari rumah terkait aktivitas Gafatar.

Komisioner Kompolnas M Nasser menilai, keberadaan Gafatar sudah cukup mengganggu ketertiban masyarakat. Oleh sebab itu petugas kepolisian sudah saatnya bertindak sesuai aturan yang berlaku terkait organisasi yang berdiri sejak 2011 itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kewaspadaan akan aliran sesat dan memecah belah umat beragama perlu diwaspadai pihak Kepolisian. Gafatar  saat ini telah berada pada posisi yang sangat menganggu ketenangan beribadah dan ketertiban masyarakat sehingga telah dapat dianggap sebagai ancaman bagi kemanan dalam negeri," kata Nasser dalam pesan singkat yang diterima, Kamis (14/1/2016).

"Untuk itu Polri sudah dapat melakukan tindakan kepolisian yang terstruktur, sistematis dan terencana agar dikemudian hari menimbulkan efek jera bagi orang-orang yang bermain-main dengan penistaan agama," jelasnya.

Nasser menuturkan, jika melihat bagaimana cara Gafatar merekrut anggota, bisa dianggap telah dilakukan suatu tipu muslihat. Cara mereka yang berkedok kegiatan sosial juga dianggap tela masuk dalam kategori membahayakan sendi-sendi kemasyarakatan.

"Lihatlah begitu banyak orang  baik dari pelajar sampai dokter bisa terpengaruh, begitu juga  begitu banyak orang  yang menjadi pengurus  Gafatar diberbagai tempat yang didekati melalui kegiatan sosial, mempertegas pada kita bahwa ini sudah masuk dalam kategori membahayakan sendi-sendi kemasyarakatan," tutur Nasser.

"Ini saatnya semua Kepala Satuan Wilayah Polri (Kasatwil) untuk membaca dan menganalisa cepat semua laporan intelejen yang masuk agar jangan terjadi kebobolan sehingga banyak generasi muda yang  terracuni secara sia-sia," tutupnya.

(rna/jor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads