Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq mengimbau agar pemerintah dan masyarakat cermat dalam menyikapi kontroversi Gafatar. "Meskipun organisasi ini mengklaim bergerak di ranah sosial, budaya dan bukan organisasi keagamaan namun latar belakang pandangan keagamaannya menjadi sorotan utama publik," ujar Riza dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Rabu (13/1/2016).
Riza mengatakan, pada November 2011, inisiator Gafatar mengirimkan surat permohonan audiensi ke Maarif Institute. Namun permintaan itu tidak bisa dipenuhi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riza juga mengatakan, organisasi Gafatar ini kerap menggunakan istilah yang biasa dipakai oleh NII. Namun mereka tidak memprovokasi pengikutnya untuk melakukan kekerasan fisik.
"Saya mendapat konfirmasi bahwa kelompok Gafatar menggunakan istilah-istilah yang biasa dipakai NII seperti 'hijrah' dan 'pemerintah kafir', namun mereka tidak memprovokasi pengikutnya melakukan kekerasan fisik. Tentunya, publik mempertanyakan kinerja intelijen jika gerakan ini pada akhirnya dianggap merugikan masyarakat bahkan mengancam keamanan negara. Padahal sudah muncul riak-riak penolakan di beberapa daerah," katanya.
"Krisis integritas dan lunturnya kepercayaaan publik terhadap negara ditengah merosotnya wibawa hukum seringkali jadi pemicu terjadinya disorientasi di tingkat masyarakat. Saya melihat gejala Gafatar ini merupakan simtoma (keberadaan penyakit) dari kompleksitas krisis bangsa kita hari ini yang membutuhkan kepemimpinan out of the box," tambahnya.
(jor/rna)