Benarkah Ada Larangan Salat ke Anggota? Ini Cerita Mantan Ketua Gafatar DIY

Orang Hilang Direkrut Gafatar

Benarkah Ada Larangan Salat ke Anggota? Ini Cerita Mantan Ketua Gafatar DIY

Sukma Indah Permana - detikNews
Rabu, 13 Jan 2016 17:07 WIB
Foto: screenshot Twitter Gafatar
Yogyakarta - Mantan Ketua DPD Gafatar DIY Yudhistira membantah adanya ajaran sesat di dalam organisasi tersebut. Dia mengatakan bahwa Gafatar bukan organisasi yang bergerak di bidang agama maupun politik.

"Sama sekali nggak ada (larangan salat dan puasa). Karena anggota kami nggak cuma Muslim, ada Katolik, Khong Hu Cu, dan lain-lain. Mana mungkin kami larang. Itu dikembalikan masing-masing," kata Yudhis saat dihubungi detikcom, Rabu (13/1/2016).

Yudhis menjelaskan kegiatan Gafatar selama ini fokus pada aksi sosial. Misalnya donor darah, kerja bakti, atau memberikan pelajaran tambahan kepada anak-anak usia sekolah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami tidak ada sangkutannya dengan politik dan agama," tuturnya.

Salah satu kegiatan Gafatar adalah pertanian di Kalimantan yang sudah berjalan lama. Yudhis mengatakan bahwa nantinya ada petani di Kalimantan yang akan menunjukkan hasil kerja Gafatar di sana.

"Kita kan dianggap menyimpang. Makanya, inisiatif dari para petani mau menampilkan (hasil kerja Gafatar)," imbuhnya.

Setelah bubar pada Agustus 2015 lalu, dia mengaku tak berkegiatan lagi di Gafatar. Soal masih adanya kegiatan setelah itu, dia mengaku tak mengetahuinya.

"Gafatar yang mana, sudah bubar. Saya nggak bisa tahu lagi. Saya sudah bukan Gafatar," imbuhnya.

Di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/1/2016)Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan yang dikembangkan Gafatar tidak seperti paham mainstream Islam. Organisasi ini menggabungkan agama Samawi, yakni Islam, Yahudi, dan Kristiani.

"Jadi tidak bisa disebut Islam, Kristen, atau Yahudi saja. Namun secara organisasi, Gafatar ilegal karena tidak terdaftar di Kemendagri," kata Lukman. (sip/trw)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads