6 Tips Agar Terhindar dari Pengaruh Gafatar

6 Tips Agar Terhindar dari Pengaruh Gafatar

Hestiana Dharmastuti - detikNews
Rabu, 13 Jan 2016 11:31 WIB
6 Tips Agar Terhindar dari Pengaruh Gafatar
Foto: Ilustrasi oleh Mindra Purnomo
Jakarta - Aksi terselubung Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) membuat masyarakat resah. Banyak orang hilang direkrut ormas ini. Sejumlah tokoh bangsa turun tangan memberi nasihat.

GafatarΒ menjadi buah bibir sejak hilangnya dr Rica dan bayinya Zafran Alif Wicaksono yang menghilang selama 2 minggu. Dokter cantik ini diduga ikut bergabung dalam organisasi yang berdiri pada tahun 2012 itu dan akhirnya ditemukan. Ternyata, hilangnya sejumlah orang terkait Gafatar, ternyata tak hanya terjadi di DIY, namun juga Jawa Tengah, Jatim, dan daerah lainnya.

Keberadaan Gafatar dinyatakan terlarang. Tokoh-tokoh bangsa mulai dari MUI, PBNU, dan menteri Jokowi angkat bicara dan mengimbau agar masyarakatΒ mewaspadai gerakan ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Berikut saran-saran mereka:

1. MUI: Kuasai Dasar Pengetahuan Agama

Foto: screenshot Twitter Gafatar
Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis mengatakan Gafatar menyasar orang-orang berpendidikan tinggi yang tertarik dengan agama tapi tidak mempunyai dasar pengetahuan yang mencukupi.

"Gerakan-gerakan semacam ini kan sasarannya para kaum-kaum eksekutif yang tertarik belajar agama, tapi mereka tidak mempunyai dasar pengetahuan yang cukup," kata Cholil, Selasa (12/1/2016).

"Kenapa si orang tertarik? Karena ada semangat belajar agama tapi dasar ilmu mereka tidak memadai. Belajar agama itu kan berjenjang, kualitas gurunya juga harus dilihat. Tapi ini memahami agamanya secara imajinasi sesuai kualitas pemikiran mereka," ujarnya.

Cholil mengakui Gafatar sudah tersebar di beberapa daerah. Namun, pola gerakan di setiap daerah berbeda-beda. "Ini sudah antar daerah, tidak cuma di Kalimantan, di tempat lain juga ada," tegasnya.

2. Jangan Galau

Foto: Sukma/detikcom
Menurut Pengamat Intelejen Wawan Heri Purwanto, salah satu pintu masuk aliran ini dengan cara mendekati orang-orang yang sedang bermasalah atau galau.

"Pola-pola perekrutannya dengan cara mendekati orang-orang yang sedang galau atau sedang bermasalah," kata Wawan saat dihubungi detikcom, Senin (11/1/2015).

Wawan tak menampik banyak kalangan terpelajar yang mungkin ikut direkrut untuk masuk Gafatar. Hal itu dimanfaatkan mereka sebagai cara untuk mengumpulkan donasi.

"Ya banyak yang terpelajar, karena memeng mereka itu sudah discouting dulu. Mungkin disitu ada upaya mengumpulkan uang juga, golongan terpelajar kan juga memiliki uang, jadi ini salah satu cara untuk mendapatkan donasi," papar Wawan.


3. Jangan Ekstrim dan Radikal

Foto: Zainal Effendi/detikcom
Ketum PBNU Said Aqil Siradj menyebut Gafatar harus diwaspadai. Gerakan tersebut tidak boleh sampai membahayakan bagi umat Islam maupun NKRI.

"Akan kita waspadai, jangan sampai menjadi organisasi membahayakan umat Islam dan NKRI," kata Said Aqil usai menghadiri peringatan Maulid Nabi dan Harlah NU di Lamongan, selasa (12/1).

Lebih lanjut, Said Aqil mengimbau seluruh warga NU untuk menjauhi gerakan yang ekstrem dan radikal. NU sendiri rutin memberikan pengarahan ke nahdliyin. "Ada Gafatar dan tidak ada Gafatar, kita menasihati NU agar jangan ekstrem dan jangan radikal," tuturnya.

Said menjelaskan bahwa di NU selalu ada pengarahan dalam berbagai bentuk kepada warganya. "Kita sudah ada khotbah anti teroris, ada lembaga dakwah," imbuhnya.


4. Saling Melaporkan

Foto: Ilustrasi oleh Mindra Purnomo
Masyarakat diminta tidak malu untuk melaporkan anggota keluarga atau orang sekitar lingkungannya hilang atau tak ada kabarnya. Hal ini dilakukan pasca banyaknya orang hilang dan diketahui terlibat organisasi Gafatar.

"Jadi untuk warga, jika ada bukan hanya anak istri keluarga ada gelagat-gelagat yang mengkhawatirkan mencurigakan ya harus selalu dilaporkan," kata Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo di kantornya, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (12/1/2016).

Ia mengatakan selama ini banyak keluarga yang takut atau malu untuk melaporkan anggota keluarganya yang hilang. Menurut ia seharusnya warga lebih aktif mengenali orang lingkungannya. "Karena mohon maaf ya, ada keluarga yang tidak muslim, anaknya kena juga," ucap politisi PDIP ini.

Soal ormas Gafatar ini, Tjahjo mengatakan tidak terdaftar secara nasional dan karena menyimpang maka terlarang.

5. Pahami Pancasila dan 4 Pilar

Foto: Angling Adhitya P/detikcom
Menhan Ryamizard Ryacudu menekankan pentingnya pendidikan Pancasila agar terhindar dari Gafatar.

"Pancasila itu harus diakui. Kita sekarang dengan pengalaman itu, kita perbaiki pemahaman bangsa ini. Pelan-pelan dan pasti mulai dari pola dasar secara bertahap. Setahun, dua tahun," ujar Ryamizard di Kantor Kemhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (12/1/2016).

Ormas Gafatar diketahui juga telah mengubah namanya menjadi Negara Karunia Semesta Alam (NKSA). Gafatar pernah mendaftar ke Kemendagri namun ditolak karena dinilai berkaitan dengan Negara Islam Indonesia (NII).

"Antisipasi jelas ya, turun TNI kita kan ada orang-orangnya ada Babinsa, Kodam. Yang terjadi itu ke depan tak boleh terjadi," imbuh Menhan.

Ketua MPR Zulkifli Hasan menyebut 4 pilar sebagai langkah penting. "Kita kan sudah final, NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika. Kalau ada yang aneh-aneh seperti itu, itu sebenarnya langkah mundur," kata Ketum PAN ini.

MPR akan terus melakukan pencerahan ke masyarakat soal pentingnya empat pilar kebangsaan (NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika). Sementara, MUI bisa mengimbau masyarakat agar tak mudah terperdaya.

6. Belajar Agama Jangan Sepotong-potong

Foto: Sukma Indah Permana/detikcom
Gubernur Jawa Timur Soekarwo meminta pemuka agama untuk berperan aktif memberikan pencerahan bagi masyarakat.

"Menurut pendapat saya, harus belajar tentang agama yang lebih luas. Nanti kalau sepotong-potong menjadi seperti itu," kata Soekarwo kepada wartawan di gedung negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo, Selasa (12/1/2016).

Pakde Karwo menerangkan, Gafatar menjadi bagian di dalam dakwah parai kiai, ustad atau pemuka agama. Karena agama apapun tidak menginginkan intoleransi. "Memang berbagai kebhinekaan itu satu fakta. Jangan kemudian kafir, haram, bitah. Janganlan digariskan haram, garisan seperti itu. Tapi semua kemanusiannya dibicarakan dengan baik," tuturnya.

Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menyampaikan hal yang sama. Gus Ipul meminta masyarakat Jatim untuk selektif dalam belajar agama dan selektif pula dalam mencari guru agama.

"Masyarakat Jawa Timur harapan saya tidak mengikuti ajaran yang tidak didasarkan pada sumber agama," harap Gus Ipul.


Halaman 2 dari 7
(aan/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads