Hal itu salah satunya terlihat dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDI Perjuangan di Jakarta International Expo pada Minggu, 10 Januari. Mega dan Jokowi nampak akrab. Senyum pun selalu mengembang di wajah mereka. Sebuah tumpeng dari Mega untuk Jokowi kian memperlihatkan kemesraan di antara mereka.
Baca juga: Tumpeng Mega untuk Jokowi-JK
Setelah Rakernas selesai, Presiden Jokowi mengundang Megawati dan pengurus daerah PDI Perjuangan ke Istana Negara dalam sebuah jamuan santap malam. Menu yang disajikan Jokowi sebagai sohibul bait antara lain soto, ayam goreng, tahu, dadar, es cendol, nasi, dendeng dan nasi hijau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Bandung, Muradi, menyebut membaiknya hubungan Jokowi dengan Megawati adalah kabar baik. Melihat realitas politik saat ini, sulit bagi Presiden jika hanya berbasis kehendak publik.
"Presiden tentu sudah benar manakala kembali pada esensi sistem politik nasional di mana basis ideologi ada pada partai politik yang mengusungnya (PDIP)," kata Muradi saat berbincang dengan detikcom, Rabu (13/1/2016).
Apalagi saat ini Mega dan Jokowi satu suara soal perlunya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) untuk dihidupkan kembali. Hubungan yang lebih dekat dan mesra antara Jokowi dan Megawati adalah bagian dari konsekuensi untuk memperkuat konstruksi pembangunan yang terencana tersebut.
"Dan kemesraan politik antara Jokowi dan megawati adalah bagian dari prasyarat untuk memastikan bahwa pemerintah dapat bekerja dengan baik, terukur, terencana, dan mengikat atas cita-cita berbangsa dan bernegara," kata Muradi. (erd/nrl)












































