Merekam Jejak-jejak Misterius Gafatar di Pulau Jawa

Orang Hilang Direkrut Gafatar

Merekam Jejak-jejak Misterius Gafatar di Pulau Jawa

Rini Friastuti - detikNews
Rabu, 13 Jan 2016 06:42 WIB
Foto: Ilustrasi oleh Mindra Purnomo
Jakarta - Polda DIY berhasil menemukan dr Rica Tri Handayani bersama 6 orang lainnya di Bandara Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Saat ini Polisi juga tengah mendalami keterlibatan rombongan tersebut dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Hilangnya sejumlah orang terkait Gafatar, ternyata tak hanya terjadi di DIY, namun juga Jawa Tengah, Jatim, dan daerah lainnya. Markas organisasi ini di sejumlah daerah kosong dalam beberapa waktu terakhir. Keberadaan mereka dianggap ilegal karena tak memiliki izin.

Berikut beberapa jejak organisasi sosial dan kemanusiaan yang dibentuk pada tahun 2013 tersebut di sejumlah daerah di Pulau Jawa. Hampir seluruh tempat yang dulu pernah menjadi kantor mereka saat ini terbengkalai dan anggotanya hilang bak ditelan bumi:

1. Gafatar Pernah Terdaftar di Solo, tapi Dihentikan karena Ajarannya Menyimpang
Formulir di Kantor Gafatar

Pemkot Surakarta mengakui bahwa organisasi yang menamakan diri sebagai Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) pernah tercatat di Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) setempat. Namun Pemkot kemudian memutuskan untuk tidak memperpanjang Surat Keterangan Terdaftar (SKT) organisasi tersebut setelah mendapat informasi mengenai penyimpangan yang dilakukan organisasi itu.

Gafatar pernah mendaftarkan diri sebagai organisasi bidang sosial kemasyarakatan dan telah diterbitkan SKT No 220/XII/2011 pada 20 Desember 2011. Tercatat sebagai Ketua Gafatar Solo adalah Anton Susanto dengan alamat sekretariat di Jalan Sidomukti Barat I, Pajang, Laweyan, Solo. SKT tersebut berlaku tiga tahun.

"Kami tidak menaruh kecurigaan apapun karena dari sisi administrasi semua tertata rapi. Demikian juga dokumentasi kegiatan dalam berkas pendaftaran, merupakan kegiatan-kegiatan sosial. Namun satu tahun setelah itu ada pemberitahuan dari Kesbangpol Pusat yang menyatakan Gafatar menyimpang karena menginduk pada nabi palsu, Ahmad Musadeq. Pada 2014 lalu, ketika pengurus Gafatar mengajukan perpanjangan, tidak proses lagi," ujar Kepala Kantor Kesbangpol Kota Surakarta, Suharso, (12/1).

2. Sekretariat Gafatar di Yogyakarta yang Tiba tiba Kosong Melompong
Gedung bekas sekretariat Gafatar di Yogya

Organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Yogyakarta mulai melakukan aktivitasnya sejak tahun 2013. Dulu pada awalnya kelompok ini dikenal sebagai organisasi yang bergerak sosial kemanusiaan. Namun sejak pertengahan tahun 2015, aktivitas Gafatar mulai menghilang.

Para anggotanya yang dulunya aktif di kegiatan sosial juga mulai menghilang atau eksodus ke lain daerah. Bahkan beberapa kantor atau sekretariat yang dulu pernah digunakan untuk berbagai aktivitas mereka saat ini sudah ditinggalkan atau dibiarkan kosong.

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan detikcom, selama lebih kurang 3 tahun ada sekitar lima rumah yang pernah digunakan sebagai sekretariat. Beberapa rumah itu diantaranya di Ruko Taman Kuliner No 67 Condongcatur Depok, Sleman. Kedua di sekitar Kayen, Condong Catur, ketiga di Dusun Kadisoka, Desa Purwomartani Kalasan Sleman dan di sekitar Monjali, Mlati Sleman.

Namun entah kenapa rumah tersebut tiba-tiba kosong. Padahal menurut warga sekitar, lokasi tersebut dulunya sempat ramai didatangi sejumlah orang.

"Kami tidak tahu kapan rumah itu kosong. Tetangga sekitar cuma mengatakan sudah kosong sejak awal Desember lalu," kata Sutarmanto Ketua RT 2/RW 1 Kadisoka (21/1).

3. Kantor Gafatar Surabaya Telah Ditinggal Sejak 4 Bulan yang Lalu

Kantor Gafatar di Surabaya


Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) pernah menyewa salah satu ruang Kantor Dewan Koperasi Indonesia (Dekopindo) cabang Kota Surabaya di Jalan Tales II, RT 01 RW 10 Surabaya.

Namun ruang garasi yang disewa sudah ditinggalkan meski masa kontrakan baru habis Maret 2016 mendatang. Bahkan, papan nama Gafatar yang sempat terpasang berdampingan dengan Dekopindo juga sudah tidak terlihat terpasang.

"Sudah pindah sejak 4 bulan lalu," kata Purnomo warga Tales II yang rumahnya berhadapan dengan Kantor Gafatar Surabaya saat ditemui detikcom (21/1).

Menurut Purnomo, di dalam hanya ada beberapa bekas spanduk kegiatan sosial Gafatar yang pernah dilakukan di perkampungan di kawasan Bendul Merisi, Wonokromo 2014 silam.

"Warga juga tidak tahu penyebab pindahnya kenapa. Tiba-tiba beberapa bulan terakhir sudah tidak ada lagi aktivitas sosial yang biasa dilakukan seperti kerja bakti kampung," ujarnya.

4. Markas Gafatar Semarang Dibiarkan Kosong Melompong sejak 2 Minggu Lalu

Markas Gafatar di Semarang

Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) ternyata pernah bermarkas di di Jalan Karanggawang RT 02 RW 06 Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Namun saat ini bangunan dua tingkat tersebut dibiarkan kosong ditinggal penghuninya.

Di dalam rumah, terdapat sejumlah ruangan ada ruang rapat dan ruang administrasi. Terdapat juga spanduk bertuliskan "Gafatar, gerakan fajar nusantara" dan di bawahnya bertuliskan "Ketahanan dan kemandirian pangan" dengan huruf yang dibentuk dari gambar buah. Sementara itu di lantai dua ada empat kamar dengan beberapa barang yang masih tertinggal.

Ketua RT setempat, Suhartono mengatakan bangunan itu disewa oleh dua laki-laki muda tahun 2015 lalu. Pria yang dipanggil Tono itu tidak begitu ingat nama mereka namun berasal dari Solo. Kegiatan yang dilakukan Gafatar di rumah itu tidak mencurigakan karena berkisar kegiatan sosial.

"Sejak tahun 2015, kegiatannya itu kayak tanam pollybag, pengobatan gratis, pas bulan puasa kemarin ada layar tancap nonton film Soekarno," kata Tono saat dihubungi melalui telepon genggam, Selasa (12/1).

"Namanya itu lupa, orang Solo," imbuhnya.

5. Pengakuan Eks Anggota tentang Kegiatan Gafatar di Sukabumi

Kegiatan anggota Gafatar di Sukabumi

Organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sempat membentuk sayap Dewan Pimpinan Cabang (DPC) di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Namun usia organisasi itu di Sukabumi hanya bertahan selama setahun.

Penelusuran detikcom, Gafatar terakhir aktif melakukan kegiatan sosial pada Maret 2015 lalu. Saat itu, mereka melakukan acara bakti sosial bersih-bersih saluran air.

"Kita eksis di kegiatan bersifat bakti sosial, seperti donor darah dan selama saya di Gafatar. Nggak ada kesan negatif. Saya pribadi tertarik gabung karena aksi-aksi sosialnya itu," tutur Supono, mantan ketua DPC Gafatar Sukabumi, saat dihubungi detikcom, (12/1).

Kendati banyak melakukan kegiatan sosial, Supono mengaku aksi Gafatar kerap mendapat penolakan dari sejumlah ormas di Sukabumi. Padahal menurutnya aksi sosial yang dilakukan Gafatar tak ada satupun yang menyimpang dalam soal keagamaan.

"Pemerintah daerah Kota Sukabumi welcome dan kita juga terdaftar kantor Gafatar di daerah Panjalu, Selabintana yang juga jadi kontrakan saya. Kita aman-aman saja kalau ada kegiatan," lanjut Supono.




Halaman 2 dari 6
(rni/imk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads