Cerita Makam Ki Tua di Pinggir Ciliwung dari Mulut ke Mulut Warga Condet

Cerita Makam Ki Tua di Pinggir Ciliwung dari Mulut ke Mulut Warga Condet

Jabbar Ramdhani, - detikNews
Selasa, 12 Jan 2016 17:08 WIB
Foto: Jabbar/detikcom
Jakarta - Arkeolog menemukan makam yang diduga era prasejarah di pinggir Ciliwung, Condet, Jaktim. Eskavasi akan segera dilakukan, untuk penelitian. Tapi memang, soal makam yang berupa tumpukan batu di seberang Kelurahan Balekambang ini, punya cerita sendiri di mata warga.

"Kalau kita menyebutnya Ki Tua. Penjaga lahan pertanian, seorang hebat yang berilmu," kata Dicky (33), yang juga anggota komunitas Ciliwung, Selasa (12/1/2016).

Tak ada yang jelas memang soal makam tersebut. Dicky juga mendapat informasi dari orang-orang tua di Condet. Seperti halnya pendapat Arkeolog UI Ali Akbar, Dicky juga mengungkapkan kalau Condet atau Ciliwung merupakan wilayah yang memiliki peradaban yang panjang.

"Condet memiliki peradaban yang tua, karena masyarakat dahulu memang hidup di pinggir sungai. Mereka hidup dari sungai dan sangat menghargai sungai. Salah satunya, rumah yang mereka bangun itu menghadap sungai, bukannya membelakangi sungai. Mereka tidak membuang kotoran ke sungai," ujar dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak jauh dari makam Ki Tua, ada juga malam Pangeran Astawana, yang di masanya di era kolonial abad 19, dikenal sebagai tokoh perlawanan melawan penjajah Belanda di Condet.

Penjaga makam Pangeran Astawana, Ridwan (66) menyampaikan, kalau malam Ki Tua dikenal juga dengan Makam Ki Sya'ban. Makam itu disebut Ridwan merupakan sosok yang dahulunya dituakan di daerah Condet.

"Jadi dipanggilnya Ki Tua," terang Ridwan.

"Jadi Ki Tua dan Ki Sya'ban itu orang yang sama. Karena dulu kan zaman penjajahan. Untuk menghindari Belanda, jadi perlu nama lain biar nggak ditangkap," tambah Ridwan.

Sayangnya Ridwan tak mengerti bagaimana makam itu bisa ada di sana.

"Saya kurang tahu. Tapi sudah ada dari dulu," tutur dia.

Banyak orang datang ke makam ini. Tapi Ridwan selalu mengingatkan agar jangan sampai muncul kemusyrikan.

"Kalau saya, siapa aja orang yang datang ke sini asal tujuannya baik silakan. Tapi kalau ada tujuan lainnya, lebih baik dipikir lagi, siap tanggung sendiri kalau nanti ada sesuatu," tutur dia. (dra/dra)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads