Saat Jokowi dan Mega 'Berbalas Pantun' Soal Rencana Menghidupkan Kembali GBHN

Saat Jokowi dan Mega 'Berbalas Pantun' Soal Rencana Menghidupkan Kembali GBHN

Elza Astari Retaduari, Indah Mutiara Kami - detikNews
Selasa, 12 Jan 2016 11:26 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Rapat Kerja Nasional Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tahun 2016 ini menjadi babak baru bagi hubungan Presiden Joko Widodo dengan partai pengusungnya. Dalam pembukaan Rakernas PDIP yang digelar di Jakarta International Expo Kemayoran Jakarta Pusat pada Minggu 10 Januari 2016, Jokowi diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidato politiknya.

Jokowi juga terlihat akrab dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Megawati bahkan memberikan tumpeng Rakernas untuk Jokowi. Senyum mereka selalu mengembang selama pembukaan Rakernas. Ini berbeda dengan saat Kongres IV PDIP April 2015 lalu di Bali. Saat itu Jokowi diberi kesempatan untuk menyampaikan pidato tapi secara tertutup.  

Baca juga: Gelar Rapat Tertutup, Jokowi Pidato di Depan Ketua DPD

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara di Rakernas PDIP tahun ini, Jokowi diberi kesempatan mempresentasikan pidato sebagai presiden setelah Megawati. Seperti 'berbalas pantun', Mega dan Jokowi menyampaikan konsep gagasan pembangunan nasional semesta berencana.



Megawati mengajak kader PDIP peserta Rakernas mengkaji kembali gagasan menghidupkan Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Peserta diminta mengkaji kemungkinan mengembalikan fungsi dan wewenang MPR RI untuk mengeluarkan Ketetapan MPR terkait pola pembangunan yang mengikat semua pihak dan wajib dijalankan oleh pemerintahan di semua tingkatan.

"Tujuannya, agar bangsa ini memiliki konsep dan strategi pembangunan yang tidak terbatas pada lima tahun usia politik. Tetapi sebuah perencanaan yang sekaligus merupakan wujud dari imajinasi terpimpin dan terencana tentang masa depan Indonesia. Silakan, bagaimana keseluruhan  mimpi dan cita-cita yang telah saya sampaikan dapat direnungkan, dikaji, dirumuskan. Selanjutnya, kita akan memperjuangkannya dalam setiap derap langkah, satu nafas, satu irama tiga pilar partai: struktur, legislatif dan eksekutif," kata Megawati dalam pidato politiknya di acara Rakernas PDIP di JI Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (10/1/2016).

Jokowi yang diberi kesempatan berpidato setelahnya sepakat dengan gagasan Megawati. Menurut Jokowi gagasan Mega soal Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana berisi rencana-rencana dan cita-cita besar Indonesia.

"Apa yang akan kita kerjakan 10 tahun, 25, 50 tahun mendatang, dan apa mimpi-mimpi dan rencana-rencana besar kita 100 tahun yang akan datang sudah harus mulai dirancang," kata Jokowi di tempat yang sama.

"Sehingga semua harus punya panduan, negara ini harus punya haluan ke mana negara ini akan dibawa. Oleh sebab itu pembangunan nasional semesta berencana menjadi pekerjaan rumah kita dalam mengarungi pembangunan 5, 10, 25, 50, 100 tahun ke depan agar arah pembangunannya jelas," tambah Jokowi.

Gagasan Mega dan Jokowi soal 'Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana' ini mirip dengan Garis-garis Besar Haluan Negara seperti masa Orde Baru. Tapi, benarkah Mega dan Jokowi akan kembali menghidupkan GBHN?

Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Bandung, Muradi, mengatakan Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana mirip dengan GBHN. "GBHN kan hanya penamaan semata. Bisa saja nama lain namun konteksnya sama dengang yang dimaksud (Mega dan Jokowi)," kata Muradi saat berbincang dengan detikcom, Selasa (12/1/2016).

(erd/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads