"Dalam satu tahun, tercatat 100 orang lebih meninggal dunia," kata Bupati Banyumas, Achmad Husein saat berbincang dengan detikcom, Selasa (12/1/2016).
Pohon kelapa yang dinaiki warga cukup tinggi mencapai 20 meteran. Mereka menyadap atau nderes sebagai mata pencaharian membuat gula Jawa atau gula semut. Tapi apabila musim hujan datang, angka kecelakaan kerja ini meningkat karena pohon licin. Ada yang meninggal dunia, ada yang cacat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk yang meninggal dunia kami beri santunan Rp 5 juta dan yang cacat Rp 10 juta," cerita Husein.
Namun uang santunan ini dinilai tidak menyelesaikan masalah. Sebab pangkal masalahnya adalah pohon kelapa yang cukup tinggi. Satu-satunya cara menekan angka kematian adalah dengan mengubah jenis pohon kelapa dari yang tinggi menjadi pendek atau tidak terlalu tinggi.
Dengan dasar pemikiran itu, Pemda Banyumas kemudian membuat kebijakan 'revolusi kelapa' dengan memberikan bantuan bibit kelapa jenis genjah endog gratis ke warga. Jenis bibit ini mempunyai ciri-ciri pohonnya tidak terlalu tinggi tetapi bisa mencukupi bahan baku gula atau kelapa. Karena pohonnya pendek, dalam sehari pemetik kelapa/penderes bisa memanjat 40 pohon, dari sebelumnya 20 pohon atau naik 2 kali lipat.
"Tahun 2013 kami membagikan ke warga sebanyak 16 ribu bibit dan 2014 sebanyak 85 ribu bibit," ujar Husein.
Husein juga punya hitung-hitungan ekonomis sendiri. Jika tertanam 500 ribu bibit pohon kelapa, maka dalam dalam sehari warganya bisa menghasilkan 0,2 kg gula dikalikan 500 ribu pohon. Jika dikalikan harga gula Jawa/gula semut dalam satu bulan, maka warga Banyumas yang menekuni bisnis pembuatan gula bisa meraup omzet Rp 36 miliar dan dalam setahun maka mencapai Rp 432 miliar.
"Padahal modalnya hanya Rp 11 ribu per bibit dikalikan 500 ribu bibit atau sekitar Rp 5,5 miliar," tutur Husein.
Di sisi lain, gula Jawa dari Banyumas sudah menguasai pasar. Bahkan gula semut dari Banyumas sudah diekspor ke berbagai mancanegara dan menembus berbagai negara besar dari Australia hingga Eropa.
(Baca: Produsen Terbesar di Dunia, Gula Semut Tak Terlalu Diminati orang RI)
"Dalam 4 tahun, pohon ini sudah panen. Bayangkan! Jalan ini kami tempuh dengan tujuan memakmurkan rakyat," ungkap Husein.

Dalam melaksanakan kebijakan ini, Husein melakukan dengan prinsip kehati-hatian. Terutama proyek pengadaan bibitnya yang diserahkan ke Dinas Pertanian. Tapi siapa nyana, kejaksaan setempat mempunyai pandangan sendiri yaitu berdasarkan penemuan di lapangan, jaksa menemukan jenis kelapa lainnya yang ikut dibagikan. Bupati Banyumas itu pun kaget.
"Sebelum dibagikan, seluruh benih sudah disertifikasi oleh Balai Perbenihan dan Perkebunan Salatiga, Jawa Tengah," ujar putra Banyumas asli itu.
Atas penilaian jaksa ini, bawahannya kerap dipanggil ke kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Purwokerto untuk menjelaskan proyek tersebut. Mereka dipanggil dengan dugaan korupsi sehingga banyak bawahannya ketakutan. Hingga hari ini, proses penyelidikan ini masih berlangsung dan membuat kinerja Pemda Banyumas menjadi sedikit terganggu.
"Kalau kasus ini arahnya kebijakan, jangan anak buah saya disalahkan. Kebijakan ini diambil untuk semua rakyat Banyumas, saya yang paling bertanggungjawab," kata Husein tegas. (asp/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini