Rombongan Panglima TNI tiba di markas Yonif 731 Kabaresi atau Yonif 371/KBR pada pukul 21.45 WIT, Jumat (1/1/2015). Perlu menempuh perjalanan darat selama lebih dari 4 jam dari Kota Ambon, menuju lokasi.
Mulai dari pintu masuk hingga masuk ke dalam, Panglima TNI disambut dengan nyanyian dari para prajurit. Beberapa prajurit lalu memanggul Jenderal Gatot menuju panggung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya datang ke sini saya paksakan. 'Pangdam, malam ini saya harus ada di Kabaresi. Saya ingin kembali seperti Danyon di tempat ini," ujar Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam sambutannya.
Ada kenangan yang tak terlupa bagi Jenderal Gatot, "Pada saat tugas ke Papua tahun 1996-97, saya tidak dapat pulang ke batalyon. Selama tiga hari kapal hanya muter-muter di laut," kata Gatot mulai bercerita.
Ketika itu, komandan kapal mengatakan kepada Gatot bahwa dia tidak dapat melihat Tulehu, Maluku.
"Akhirnya saya ditelepon Pangdam XVII/Cenderawasih, Pak Bintang. 'Gatot, kapal tidak bisa mendarat, kau berangkat ke sana. Kapal sudah tiga hari di laut," lanjutnya.
Pada hari keempat, Gatot akhirnya terbang dari Timika ke Ambon naik speedboat lalu bergabung ke kapal. Setibanya di kapal, mesin baru bisa menyala.
"Setelah selama 3 hari dia (kapal) terkatung-katung. Akhirnya bisa (mesin kapal) menyala juga. Hikmahnya mungkin saya harus pulang ke Kabaresi," ujar Jenderal Gatot tersenyum.
Setelah itu, sebelum menjadi Panglima TNI beberapa kali Gatot Nurmantyo juga pernah kembali ke Kabaresi.
"Ketika menjadi Pangkostrad saya kembali ke sini. Jadi Kasad saya kembali ke sini, kamu minta kolam renang. Kemudian saya menjadi Panglima TNI kembali ke sini untuk mengecek kolam renang, tapi belum terisi air karena listriknya belum kuat," cerita Jenderal Gatot.
Atas kembalinya Panglima TNI ke rumah lama di Yonif 731 Kabaresi, rasa haru dan bangga larut dalam emosi para prajurit. Mereka meluapkan emosi secara penuh, terlihat dari cara menyambut dan sikap siaga yang ditunjukkannya.
"Kita sangat terharu sekali dan bangga, bahwasanya batalyon tidak pernah diperhitungkan di AD. Mungkin batalyon yang terpencil di Pulau Seram tapi bisa mencetak satu prestasi yang sebelumnya menjadi Panglima, menjadi KSAD kemudian menjadi Panglima," ujar Serma Lamaluhi. (bal/bal)