Jaelani, penjual terompet di Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, merasakan penurunan itu. Penjual dari Karawang, Jawa Barat itu dari Selasa (29/12/2015), hanya mendapatkan uang Rp 200 ribu. Tahun 2014 dia menjual habis 600 terompetnya.
"Tahun lalu saya bisa bawa pulang Rp 1,5 juta," kata Jaelani dengan nada lesu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Β
"Gara-gara isu Alquran saya diperiksa Polisi dan Satpol PP," kata Arma yang berasal dari Karawang ini.
![]() |
Atas adanya imbauan MUI agar warga tidak boros menyambut Tahun Baru dengan membeli terompet, disikapi Arma dengan kecewa. Menurut Arma, dirinya berjualan terompet hanya sekali setahun.
"Kita dagang sekali nggak tiap hari. Terompet juga murah. Ada yang Rp 10-30 ribu. Kadang juga harganya goceng (Rp 5 ribu)," tuturnya.
Selain Arma, pedagang terompet lainnya Adi juga kecewa adanya razia terompet bersampul Alquran.
"Saya kecewa. Biasanya 3 hari bawa 500 terompet sudah habis, sekarang bawa 200 terompet masih sepi," kata Adi, yang juga pedagang terompet dari Karawang.
![]() |
Meski isu terompet bersampul Alquran menyeruak, Bardan, warga Ketapang, Taman Sari, Jakarta Barat, tidak terpengaruh untuk membeli terompet.
"Saya beli yang model naga karena anak-anak suka," tutur dia.
![]() |
(nwy/try)