Makam Panggung merupakan sebuah bangunan kecil di tengah-tengah pemakaman tepat di belakang Pendopo Agung Trowulan. Pada gapura bangunan tersebut tertulis keterangan bahwa bangunan ini dulunya menjadi tempat bertapanya Raja Raden Wijaya dan Mahapatih Gajah Mada membacakan sumpah palapa. Bagaimana kebenarannya?
"Makam Panggung sebagai tempat Gajah Mada mengucapkan sumpah palapa itu hanya berdasarkan cerita rakyat. Tidak ada sumber tertulis, prasasti, maupun benda peninggalan yang menunjukkan kebenaran itu," kata Plt Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Edhi Widodo kepada detikcom, Rabu (30/12/2015).
![]() |
Widodo menjelaskan, pada tempat yang sekarang disebut Makam Panggung itu memang ditemukan sisa-sisa bangunan kuno. Namun, pihaknya tak bisa memastikan bentuk dan fungsi bangunan peninggalan Majapahit itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam Kitab Pararaton karangan Empu Tantular, lanjut Widodo, Gajah Mada mengucapkan sumpah palapa di sebuah tempat yang disebut sebagai balai penghadapan sekitar tahun 1256 saka atau 1334 masehi disaksikan para menteri Kerajaan Majapahit. Gajah Mada menjadi panglima perang Majapahit sejak masa pemerintahan Raja Tribuwana Tungga Dewi (1328-1350 masehi) sampai Raja Hayam Wuruk (1350-1389 masehi).
"Kematian Gajah Mada juga belum diketahui tempatnya. Hanya saja sesuai kepercayaan Hindu yang dianut masyarakat Majapahit dulu, orang yang meninggal biasanya jasadnya dibakar," pungkasnya.
Begini isi sumpah palapa Gajah Mada
"Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, ring Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa"
"Jika pulau-pulau di luar Majapahit sudah kalah, saya akan istirahat. Nanti kalau sudah kalah Gurun, Seran, Tanjung Pura, Haru, pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, barulah saya menikmati masa istirahat" (dra/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini