Hal itu dikatakan Plt Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Edhi Widodo. "Wajah manusia pada celengan ini yang diadopsi Profesor Yamin sebagai wajah Gajah Mada," katanya kepada detikcom sembari menunjukkan replika celengan kuno yang dia maksud, Rabu (30/12/2015).
Widodo menjelaskan, celengan kuno itu ditemukan di sekitar Candi Wringin Lawang, Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan. Saat ditemukan, celengan dari bahan tanah liat itu dalam kondisi pecah. Saat ini, celengan yang asli menjadi koleksi Museum Majapahit Trowulan.
![]() |
Namun demikian, wajah manusia yang terukir di celengan tersebut persis dengan wajah Gajah Mada yang digambarkan M Yamin. Yakni mempunyai sorot mata yang tajam, dagu dan tulang pipi yang menonjol, serta rambut panjang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain pada celengan tersebut, menurut Widodo, wajah manusia zaman Majapahit juga diabadikan berupa arca terakota. Setidaknya telah ditemukan 8 arca kepala manusia peninggalan Majapahit yang saat ini menjadi koleksi Museum Majapahit. Wajah manusia ini beberapa diantaranya mirip dengan wajah Gajah Mada yang diadopsi M Yamin.
"Itu menggambarkan sosok manusia zaman Majapahit. Kami juga belum menemukan itu sosok siapa saja sebab tidak ada sumber data yang akurat," tandasnya.
Gajah Mada sendiri, lanjut Widodo, diperkirakan hidup dan menjadi Mahapatih Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Tribuwana Tungga Dewi (1328-1350 Masehi) dan Raja Hayam Wuruk (1350-1389 Masehi). Di dalam kitab Pararaton dan Negarakertagama tidak menggambarkan ciri-ciri fisik Gajah Mada.
"Di kitab Pararaton karangan Empu Tantular Gajah Mada hanya diceritakan menguasai nusantara. Tidak menyebutkan ciri-ciri fisiknya. Tradisi zaman Majapahit hanya sosok raja dan ratu yang diabadikan oleh pujangga masa itu," pungkasnya. (dra/dra)