"Oh beliau menulis seperti itu. Masalah itu nanti kita cek. Karena setahu kami, kami di sini jadi polisi sudah ada patung itu. Nanti kita cek," kata Wakapolri Komjen Budi Gunawan saat ditanya tanggapannya.
![]() Grandyos Zafna Manase Mesah/detikcom |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi menjelaskan, Polri memang tengah menulis tentang sejarah dan biografi para tokoh polri. Hal itu dilakukan agar generasi selanjutnya dapat memahami dan mengenal para tokoh itu.
"Yang jelas kita ingin rekam sejarah di Polri ini tidak hilang. Makanya kita mulai menulis, kita wajibkan di Pusjarah di Lemdikpol, juga di SDM untuk membuat memoar buku-buku biografi tokoh Polri, agar generasi Polri ke depan bisa memahami," tandasnya.
Cerita soal patung Gajah Mada itu bermula dari pembangunannya pada 1959 atas perintah Kapolri saat itu RS Soekanto. Patung Gajah Mada dikerjakan proyek pembuatannya oleh Kepala Pengawasan Aliran Masyarakat (PAM) Komisaris Besar R Umargatab.
Jelang diresmikan pada 1 Juli 1959, wajah patung belum selesai. Hingga akhirnya Umargatab meminta foto M Jasin yang dia pakai wajahnya untuk model wajah Gajah Mada. Saat itu soal wujud wajah Gajah Mada memang tidak jelas. Sejauh ini yang beredar hanya penafsiran dari M Yamin, ahli hukum dan tokoh kemerdekaan.
Umar dan pematung saat itu mendapat ucapan selamat dari RS Soekanto atas prestasi membuat patung tepat waktu. Tapi tak lupa, Umar dan Jasin saling menyimpan rahasia mengenai wajah di patung itu.
"Rahasia ini kami pegang seteguh-teguhnya dan baru dibuka setelah Pak RS Soekanto pensiun. Ternyata beliau tidak marah bahkan tertawa terbahak-bahak," seperti dikutip dari buku 'Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang', yang terbit pada 2010 lalu di halaman 271 di bab VII Kedekatan dengan Pendiri Bangsa.
"Sekarang semuanya sudah tahu bahwa wajah patung Gajah Mada sesungguhnya adalah wajah M Jasin, jadi bukanlah rahasia lagi," tambah Jasin dalam bukunya. (idh/dra)