Para Penjaga Kejujuran Ujian Nasional di Sekolah

Para Penjaga Kejujuran Ujian Nasional di Sekolah

Rachmadin Ismail - detikNews
Selasa, 22 Des 2015 13:43 WIB
Foto: Reno Hastukrisnapati Widarto/detikcom
Jakarta - Tidak mudah mengajarkan kejujuran di sekolah. Apalagi saat pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Meski begitu, para kepala sekolah ini tak pernah menyerah dan selalu berusaha agar anak didiknya bisa menjalani ujian sebagaimana mestinya.

Para kepala sekolah tersebut bukan kepala sekolah biasa. Mereka adalah kepala sekolah dengan indeks integritas terbaik dari seluruh Indonesia. Total ada 503 sekolah yang dianggap layak oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk menyandang gelar tersebut atas prestasinya selama lima tahun terakhir.

Ratusan sekolah tersebut masuk dalam kategori sekolah dengan indeks integritas UN tinggi. Indeks itu diukur berdasarkan analisis terhadap polda respons jawaban UN. Ada daerah yang mendapat indeks tinggi namun capaian nilai UN rendah, namun ada juga indeks yang rendah namun nilai UN tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepsek SMPN 1 Selong Lombok Timur, Safruddin, bercerita soal pelaksanaan UN (Foto: reno HW/detikcom)

Lewat seleksi ketat, akhirnya didapat 503 sekolah yang masuk dalam kategori indeks integritas UN tinggi dan capaian nilai UN tinggi. Atas prestasinya, para kepala sekolah itu diundang ke Jakarta dan diberikan penghargaan khusus oleh Mendikbud Anies Baswedan. Bahkan mereka sempat diterima Presiden Joko Widodo di Istana untuk berbincang soal kejujuran dan pendidikan di sekolah, Senin (21/12) kemarin.

Hari ini, Selasa (22/12/2015), sebagian kepala sekolah berkunjung ke kantor detikcom. Ada 9 orang kepala sekolah yang datang dan menyempatkan diri untuk bercerita soal lika-liku perjuangannya menjaga kejujuran UN di sekolah. Mereka adalah:

1. I Nengah Miyasa (SMAN 2 Amplapura Bali)
2. Pudji Rahayu (SMPN 9 Jakarta)
3. Suryanti (SMPN 134 Jakarta)
4. Noorwindhi Kartika Dewi (SMP Santa Ursula Jakarta)
5. Florentina (SMPN 179 Jakarta)
6. Sartati (SMA Negeri 1 Baubau, Sulawesi Tenggara)
7. Safruddin (SMPN 1 Selong Lombok Timur, NTB)
8. Muhammad Anshar Rahim (SMAN Parepare, Sulawesi Selatan)
9. Muhammad Nurdin (SMAN 2 Tinggimoncong, Gowa, Sulawesi Selatan)

Di SMAN 1 Baubau misalnya. Para siswa selalu diajarkan untuk mengutamakan kejujuran di atas segalanya.

Kepsek SMAN 1 Baubau, Sartati (Foto: Reno HW/detikcom)

"Di sekolah kami, siswa yang mencontek akan ditarik dari ruangannya dan dibawa ke ruangan khusus. Saya selalu menyampaikan kepada siswa, jangan cari nilai dulu, tapi cari jujur," kata Sartati, Kepsek SMAN 1 Baubau saat menceritakan pengalamannya. Dia juga menjadi perwakilan kepsek yang menyampaikan cerita saat bertemu Jokowi.

Di SMPN 1 Selong Lombok Timur, Kepala Sekolah Safruddin menggunakan pendekatan keagamaan untuk menanamkan kejujuran pada anak didiknya. Menurutnya, bila ada penyimpangan pasti segala sesuatunya bakal terekspose sekolah.

Muhammad Ansar Rahim, kepala Sekolah SMAN Parepare bercerita, di lingkungannya ada budaya malu yang harus dipertahankan, termasuk saat UN. Pembinaan khusus bagi para siswa juga selalu diberikan. Mereka yang jujur diberikan apresiasi, sebaliknya yang tidak jujur mendapat sanksi.

Kemendikbud dan para Kepsek berpose bersama (Foto: Reno HW/detikcom)

M Nurdin Kepala Sekolah SMAN 2 Tinggimoncong, Gowa, menceritakan sekolahnya tidak mau memakai CCTV karena hendak memberikan kepercayaan pada anak didiknya, termasuk para guru. Dia juga memberikan keleluasaan pada murid dan guru untuk melapor.

"Guru-guru dan siswa berhak melapor masuk semua, bahkan setiap minggu ke ruangan kepsek. Jujur itu adalah wajib hukumnya," terangnya. (mad/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads