Upaya hukum ini diprediksi sia-sia dan justru membuat Novanto semakin di-bully dan didesak mundur.
"Itu upaya perlawanan yang sia-sia. Tindakan Novanto dengan melapor balik tidak serta merta mengembalikan hilangnya legitimasi publik dan citra Ketua DPR. Itu justru menghilangkan. Dan, dia akan semakin di-bully," ujar Sekretaris DPD Golkar Papua Victor Abraham Abaidata dalam pesan singkatnya, Kamis (10/12/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setya Novanto tidak layak lagi pimpin DPR karena itu yang pantas hanyalah mundur atau pada akhirnya akan diturunkan oleh rakyat. Jangan sampai pemimpin DPR yang terhormat diturunkan secara tidak hormat. Novanto menerima penghakiman sosial dan politik oleh masyarakat," tutur Juru Bicara Poros Muda Golkar Indonesia Timur itu.
Kemarahan Wakil Presiden Jusuf Kalla terhadap Novanto harus dilihat. Publik begitu reaktif melihat kasus ini. Bahkan diyakini, masyarakat Nusa Tenggara Timur yang merupakan daerah pemilihan (dapil) Novanto ikut malu melihat wakilnya di dewan.
Mengacu desakan ini dan sikap yang cenderung melawan dinilai hati nurani Novanto sudah mati.
"Mahasiswa bahkan masyarakat NTT yang merupakan Dapil saudara Novamto telah mendesak agar Ketua DPR Setya Novanto mundur dari jabatan. Nurani saudara Novanto telah mati sehingga tidak lagi peka merespons desakan kuat dari publik," tuturnya.
Lantas, dia mengingatkan pula tiga kader Golkar di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) yang harus melihat kepentingan partai dan rakyat. Bila tidak, maka sikap tiga kader ini hanya merugikan citra partai.
"Hanya karena membela seorang Novanto, mereka telah mengorbankan citra partai dan para calon kepala daerah yang diusung maupun didukung oleh Partai Golkar," sebutnya. (hty/dhn)