Diawali kasus bom di depan Kedutaan Besar Filipina di Jakarta pada 1 Agustus 2000, dan serangkaian kasus bom malam Natal di tahun yang sama. Kemudian pada 12 Oktober 2002, di Bali, terjadi kasus bom terbesar dalam sejarah Indonesia.
Setelah kasus bom Bali yang menewaskan sedikitnya 200 orang itu, berbagai aksi teror masih saja terjadi. Seperti pengeboman Hotel JW Marriott di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pada 5 agustus 2003, lalu disusul bom di depan kantor Kedutaan Besar Australia pada September 2004. Pada Juli 2009, bom kembali meledak di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laboratorium sekaligus pusat data dan dokumentasi kasus teror itu rencananya akan didirikan di area Pusat Deradikalisasi dan Pelatihan Penanggulangan Terorisme BNPT di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Gedung Pusat Deradikalisasi itu sendiri saat ini sudah berdiri, tapi bakal ditambahkan fungsinya sebagai laboratorium kasus terorisme.
Laboratorium akan dilengkapi perpustakaan, yang berisi dokumen dan berkas-berkas perkara terorisme, terutama yang sudah disidangkan dan pelakunya sudah dihukum. "Kalau kasus yang sudah disidangkan dan sudah berkeputusan hukum tetap, kan sudah menjadi dokumen umum," kata Kepala BNPT Komisaris Jenderal Saud Usman Nasution saat berbincang dengan detikcom, Rabu (2/12/2015).
Tidak hanya pusat data dan dokumentasi. Laboratorium juga akan dilengkapi dengan sisa benda-benda yang dipakai para teroris dalam menjalankan aksinya. Bahkan diorama tempat kejadian perkara teror yang pernah terjadi.
"Kami) Siapkan laboratorium dengan (diorama) TKP bom, ini akan menjadi pelajaran buat anak cucu kita nanti," ujar Saud.
"Bekas Kepala Detasemen Khusus Antiteror (Densus) 88 Kepolisian RI ini menambahkan, laboratorium itu juga bisa menjadi tempat belajar para peneliti terorisme.
"Jadi siapapun, masyarakat yang ingin mengetahui perkembangan kasus teror bisa belajar di sini," tutur dia.
Memang, pendirian laboratorium dan pusat dokumentasi kasus terorisme ini baru sebatas rencana, meskipun sudah mulai dipersiapkan BNPT. Namun untuk merealisasikannya, BNPT masih terkendala dana.
"Kantor BNPT sendiri sampai saat ini belum ada," ucap jenderal polisi berbintang tiga ini.
Sejak didirikan pada 2010, badan antiteror ini belum memiliki kantor sendiri. Selama ini, Kepala BNN, tiga deputi dan 11 direktur berkantor di gedung sewaan. Karena dianggap tidak optimal lantaran terus menyewa tempat, jajaran BNPT akhirnya menggunakan gedung Pusat Deradikalisasi di Sentul sebagai kantor mereka. (dim/dra)











































