Menurut Ustad Mustolih, Pengelola Pondok Pesantren Al-Azhary, sekitar dua tahun lalu sempat ada perbincangan antara dirinya dengan Slamet Effendy Yusuf mengenai makam jika Slamet meninggal.
![]() |
"Beliau sempat matur, dik mustolih kalau disini ada kuburannya gimana?," kata Slamet ditirukan Mustolih.
"Di Pesantren manapun kalau makom pendiri memang dekat dengan santri," kata Mustolih membalas Slamet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian saya jawab waktu itu justru makom kalau secara spiritual itu goib, kita tidak bahas, tapi kalau secara fisik itu adalah merupakan prasasti, jadi siapapun yang di sini (dimakamkan) bahwa pendiri ini punya visi begini agar terus meghidupkan motivasi, spirit menjadi penting ketika ada sesuatu yang secara simbolik di tengah-tengah pondok pesantren," ceritanya.
Menurut Ustad mustolih, pembicaraan tersebut dilakukan sekitar dua tahun yang lalu, tapi kemudian sekitar 3 bulan yang lalu ada salah seorang ustad juga menyampaikan hal yang sama dan saat itu beliau Slamet Effendy Yusuf langsung menunjuk sendiri tempat dia akan dimakamkan.
"Kalau saya dimakom di sini gimana?," tanya Slamet saat itu ditirukan Mustolih.
"Beliau langsung yang minta, bukan dari siapa-siapa," jelas Mustolih.
Rencanya Slamet Effendy Yusuf akan dimakamkan di tengah-tengah pondok pesantren Al-Azhary di Grumbul Karangcengis, Desa Lesmana. Tempat tersebut tepat berada di samping kanan masjid Pondok Pesantren Al-Azhary. Saat ini warga maupun pengurus pesantren sedang membersihkan dan menggali lubang tempat Slamet Effendy akan dimakamkan.
"Jadi dari keluarga, pihak pesantren juga sudah melakukan perbincangan mengenai penempatan lokasi. Dan akhirnya menyepakati disini," ungkapnya.
Sementara itu, ratusan santri pondok Pesantren Al-Azhary langsung memanjatkan melakukan tadarus, memanjatkan doa untuk almarhum Wakil Ketua PBNU Slamet Effendy Yusuf yang juga pendiri pondok pesantren tersebut di Grumbul Karangcengis, Desa Lesmana, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah.
Diantara mereka tampak khusyu membaca alquran yang dibacanya untuk mendoakan Slamet, bahkan ada diantara mereka yang meneteskan air mata saat memanjatkan doa untuk Slamet yang juga pendiri pesantren tersebut.
"Kami di sini menyiapkan segala sesuatunya, keluarga besar NU dan pesantren, santri dewan santri dan guru atas kesadaran secara spontan melakukan kegiatan-kegiatan yang kaitannya dengan ritual doa untuk beliau ada tadarus, sholat ghoib dan sebagainya," kata Ustad Mustolih.
Menurut dia, Slamet dilahirkan dan dibesarkan di Desa tersebut, kemudian orangtua Slamet, mbah Yusuf mendirikan pondok pesantren Quran. Setelah ayah Slamet meninggal, dia kemudian melakukan perintisan dengan megembangkan pesantren dengan cara mulai mendirikan lembaga formal dari MI, TS hingga Aliyah.
"Beliau terakhir datang kesini itu sekitar bulan November. Kadang tidak pasti, setiap ada kegiatan beliau pasti selalu menyempatkan datang ke pesantren, dalam sebulan bisa dua tiga kali," ujarnya. (arb/dra)