Amarilis itu Kini Layu, Kebunnya Sepi Menunggu Ditanami Bibit Baru

Amarilis itu Kini Layu, Kebunnya Sepi Menunggu Ditanami Bibit Baru

Sukma Indah Permana - detikNews
Rabu, 02 Des 2015 07:07 WIB
Taman bunga amarilis yang kini layu (Foto: Sukma/detikcom)
Gunung Kidul - Kebun bunga amarilis milik Sukadi (43) siang itu, Selasa (1/12/2015), tak ramai seperti dua hari lalu. Tampak hanya beberapa pemotor yang menghentikan kendaraannya sebentar untuk melihat sisa tanaman dari pinggir jalan.

Ditambah lagi hujan, jalan masuk ke kebun yang terletak di Dusun Ngasemayu RT 13 RW 04, Salam, Patuk, Gunungkidul, ini sedikit becek. Tampak jelas kini sudah banyak bunga yang layu dan sebagian tanaman yang mati telah dibersihkan.

Taman bunga amarilis yang kini layu (Foto: Sukma/detikcom)


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebelumnya itu penuh (tanaman amarilis), enggak ada celah-celahnya," kata pemilik kebun bunga itu, Sukadi kepada detikcom.

Bunga yang dikenal oleh warga sekitar dengan nama Brambang Procot ini memang memiliki masa mekar yang singkat sekitar 3 minggu.

Taman bunga amarilis yang kini layu (Foto: Sukma/detikcom)


"Mekar pas bagus-bagusnya pas seminggu pertama saja," imbuhnya.

Saat ini sudah memasuki minggu ketiga, sehingga sudah banyak bunga yang telah layu.

Tak ada lagi kotak 'sumbangan' di depan rumah Sukadi. Sukadi bercerita, dia sempat tak ingin memasang kotak itu.

"Masak mau masuk kebun saja bayar. Tapi itu idenya pak Camat setelah melihat banyak yang rusak. Untuk nantinya beli bibit yang baru lagi," tuturnya.

Sukadi tak bersedia menceritakan berapa hasil pendapatannya dari para pengunjung kebun bunganya. Tapi rata-rata sehari dia bisa memperoleh uang Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta.

Taman bunga amarilis yang kini layu (Foto: Sukma/detikcom)


Demi menjaga kebunnya itu, Sukadi libur berjualan mainan di pasar-pasar selama 2 pekan.

"Alhamdulillah untuk nutup libur berdagang juga," imbuhnya.

Beberapa saat kemudian datang sejumlah perangkat desa dan Camat Patuk Raden Haryo Ambarsuwardi. Mereka sengaja menemui Sukadi untuk membicarakan pengembangan kebun ke depannya.

"Ada beberapa orang yang berniat membantu menata ulang kebun saya. Tapi saya tunggu pak Camat dulu, beliau sejak awal juga bilang akan bantu," tutur Sukadi.

Pria beranak dua ini menjelaskan, tanaman yang telah mati harus dicangkul dan diganti yang baru. Dia tak patah arang untuk tetap menanam bunga kesayangannya untuk nanti kembali bisa dinikmati banyak orang.

"Tapi lebih tertata nantinya. Yang kemarin saya tidak menyangka akan seperti itu ramainya," katanya.

Dua pekan terakhir, kebun Sukadi jadi bahan perbincangan netizen. Ribuan orang datang untuk menyaksikan mekarnya bunga amarilis. Sebagian dari mereka berfoto dengan menginjak atau tiduran di hamparan bunga. Alhasil, kebun rusak dan bunga layu.

(sip/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads